REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Dua satelit pengukur panas bumi merekam kemunculan titik panas (hotspot) di daratan Sumatera, khususnya di Provinsi Riau yang diindikasi sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan penyebab polusi asap.
"Jumlah titik panas yang terdeteksi dua satelit itu kemarin sore tidak sama," kata Kepala Bidang Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agis Wibowo kepada pers lewat pesan elektronik yang diterima, Sabtu siang.
Untuk Satelit NOAA 18 milik Amerika Serikat yang dikendalikan Singapura pada Jumat (11/7) sore merekam adanya 12 titik panas di daratan Sumatera dan lima di antaranya berada di Riau.
"Hotspot" di daratan Riau tersebar di empat wilayah kabupaten meliputi Rokan HIlir ada tiga titik, kemudian Kampar, Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hulu masing-masing satu titik panas.
Sementara itu Satelit Modis Terra dan Aqua dihari yang sama malah merekam kemunculan delapan titik panas yang keseluruhannya berada di Kabupaten Rokan Hilir.
Titik panas (hotspot) merupakan hasil rekaman satelit dari suhu udara di atas 40 derajat celsius yang patut diduga sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan.
Sepanjang 2014, di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau telah terjadi peristiwa tersebut, mengakibatkan sedikitnya 25 ribu hektare hutan dan lahan hangus dan menghasilkan asap yang mencemari ruang udara di sebagian wilayah.
Bahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mencatat, sepanjang tahun ini peristiwa kebakaran hutan dan lahan telah sempat mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat mulai dari transportasi hingga gangguan kesehatan.