REPUBLIKA.CO.ID, KIEV-- Perdana Menteri Ukraina Arseny Yatseniuk mengajukan pengunduran dirinya, Kamis. Dia mundur karena parlemen gagal meloloskan Undang-Undang untuk mengambil kendali atas situasi energi yang semakin genting dan meningkatkan pembiayaan militer.
"Saya mengumumkan pengunduran diri saya terkait buntunya solusi koalisi parlemen dan blokade atas inisiatif pemerintah. Koalisi hancur. Pilihan apalagi yang kita punya sekarang?" ujar dia, Kamis, dikutip dari Al Jazeera.
Kamis, dua partai keluar dari koalisi pemerintah dan memaksa dilakukannya pemilihan umum yang baru. Presiden Ukraina Petro Poroshenko mendukung langkah tersebut. Al Jazeera melaporkan Yatseniuk sangat frustrasi setelah parlemen selama beberapa pekan tidak berhasil melakukan amandemen anggaran baru.
Dia tidak ingin merundingkan koalisi baru dengan pendukung mantan presiden Presiden Ukraina yang proRusia Viktor Yanukovich. Yatseniuk yang biasanya santun berteriak pada politisi karena gagal meluluskan UU untuk memungkinkan liberalisasi kontrol atas sistem pipa Ukraina.
Dia mengatakan politisi berisiko menyakiti hati rakyat Ukraina yang telah melakukan unjuk rasa selama berbulan-bulan agar Ukraina bergabung dengan Eropa. Massa juga menentang Yanukovich.
"Sejarah tidak akan memaafkan kita. Jutaan orang melakukan revolusi ini. Kita tidak mengambil pilihan Eropa, melainkan apa yang ribuan warga Ukraina lain lakukan," ujar Yatseniuk merujuk pada warga yang tewas akibat tembakan saat protes, Kamis (24/7).
Namun, pengamat politik mengatakan Yatseniuk tidak dapat langsung meninggalkan jabatannya. Dia masih berkewajiban melanjutkan tugasnya sebelum perdana menteri dan pemerintah yang baru terbentuk. Pidatonya menggarisbawahi rasa frustrasi yang dirasakan banyak rakyat Ukraina.
Poroshenko menyambut baik keputusan oleh partai nasionalis Svoboda dan partai Udar mundur dari koalisi besar di parlemen. Dia mengatakan mereka yang memutuskan keluar dari koalisi mengikuti keinginan rakyat.
"Masyarakat ingin otoritas pemerintah kembali ke tahap semula secara penuh," kata Poroshenko dalam pernyataannya.