Rabu 30 Jul 2014 11:09 WIB

Satelit Deteksi 98 Titik Panas di Sumatera

Kebakaran hutan Riau
Foto: Antara
Kebakaran hutan Riau

REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Satelit NOAA 18 milik Amerika Serikat yang dioperasikan Singapura pada Selasa (29/7) sore mendeteksi keberadaan 98 titik panas (hotspot) di daratan Pulau Sumatera termasuk di Provinsi Riau masih terbanyak yakni 37 titik.

"Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan dengan hari sebelumnya dimana titik panas di Sumatera sempat mencapai 133 titik dan di Riau mencapai 85 titik," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Said Saqlul Amri kepada pers lewat pesan elektronik yang diterima, Rabu siang.

Terakhir untuk 37 titik panas di Riau tersebar di sejumlah wilayah kabupaten/kota meliputi Indragiri Hulu ada sebanyak 9 titik dan di Pelalawan juga dengan jumlah yang sama. BPBD juga menguraikan, titik panas terdapat di wilayah Kabupaten Bengkalis sebanyak tujuh titik dan di Kota Dumai ada tiga titik.

Selanjutnya di Kabupaten Rokan Hulu, Siak dan Kampar masing-masing terekam keberadaan dua "hotspot" sementara di Kabupaten Rokan Hilir yang sebelumnya sempat mencapai puluhan terakhir hanya ada satu "hotspot". Begitu juga di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kuantan Singingi masing-masing hanya ada satu titik panas.

Sementara itu Satelit Modis Terra dan Aqua pada hari yang sama sekitar pukul 17.00 WIB justru hanya merekam 18 titik panas di daratan Provinsi Riau. Terbanyak berada di Kabupaten Pelalawan yakni delapan titik, Kuantan Singingi dan Rokan Hilir masing-masing tiga titik panas, dan Indragiri Hulu ada dua titik.

Dua "hotspot" lainnya terdeteksi berada di Kabupaten Kampar dan Indragiri Hilir masing-masing satu titik. Titik panas (hotspot) merupakan hasil rekaman satelit dari suhu udara di atas 40 derajat celsius yang patut diduga sebagai peristiwa kebakaran hutan dan lahan.

Sepanjang 2014, di berbagai wilayah kabupaten/kota di Riau telah terjadi peristiwa tersebut, mengakibatkan sedikitnya 25 ribu hektare hutan dan lahan hangus dan menghasilkan asap yang mencemari ruang udara di sebagian wilayah.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement