REPUBLIKA.CO.ID, JABALIYA -- Jika anda bertemu dengan seorang anak dari Gaza, mintalah dia menggambar dan kemungkinan besar hasilnya adalah sebuah rumah yang hancur karena bom pesawat perang.
Di Gaza, ribuan anak menderita trauma dan mereka tidak mendapatkan pertolongan yang cukup karena sumber daya yang kurang.
Di sebuah sekolah yang menjadi tempat pengungsian, sejumlah guru spesialis membagikan kertas dengan krayon berwarna kepada anak-anak. Para guru itu meminta murid untuk menggambar apapun yang melintas di pikiran.
Jamal Daib, salah satu murid yang baru berusia sembilan tahun, menggambar kakenya yang sudah menjemput ajal. Di bawah gambar itu, dia menulis, "Saya sedih atas matinya para martir."
Anak yang lain, Bara Marouf (7), juga menggambar kakeknya yang kehilangan kedua kaki karena serangan pesawat perang.
Secara umum, hampir semua gambar anak-anak itu berpola sama: ada pesawat-pesawat yang memnuhi langit dan menembaki rumah yang kemudian dibubuhi catatan, " Saya ingin pulang."
Saat para guru menanyakan siapa yang takut pesawat, seorang anak langsung mengacungkan jari dan berterian, "saya, saya, saya."
"Saya, saya takut akan rudal dan pesawat. Sebagian rumah saya hancur. Kami harus meninggalkannya dan datang ke mari," kata Itimad Subh, anak perempuan berusia 11 tahun.