Senin 04 Aug 2014 23:28 WIB

Bahasa adalah Identitas (1)

Satu dari sekian motif yang mendasari perumusan kamus tersebut adalah melestarikan dan melindungi bahasa Arab.
Foto: Antara/Rudi Mulya/ca
Satu dari sekian motif yang mendasari perumusan kamus tersebut adalah melestarikan dan melindungi bahasa Arab.

Oleh: Nashih Nashrullah

Kajian dan studi terhadap leksikografi akan lebih lengkap dengan pembacaan terhadap atmosfer yang menyelimuti perkembangan perkamusan Arab.

Apa yang terjadi di balik dan pra-penyusunan kamus itu, pada faktanya berkontribusi besar pada corak, karakter, dan sistematika, termasuk metode yang digunakan oleh penyusunnya masing-masing.

Satu dari sekian motif yang mendasari perumusan kamus tersebut adalah melestarikan dan melindungi bahasa Arab itu sendiri dari kepunahan. Faktor ini tentu tidak bisa diabaikan. Pada abad pertengahan, di era kejayaan Islam, transformasi keilmuan berkembang pesat.

Berbagai entitas budaya saling berdialektika, bersinggungan, tak jarang saling berakulturasi, lalu melebur. Di satu sisi memang sangat positif, tetapi keresahan akan memudarnya identitas juga timbul beriringan.

Kekhawatiran inilah yang dirasakan oleh al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (100-170 H/ 718-786 M), pakar leksikografi Arab paling awal ketika menulis mahakaryanya, Al-'Ain. Karya ini bisa dibilang monumental.

Sebelumnya, sempat muncul dugaan bahwa kamus al-'Ain bukanlah buah memikiran asli al-Farahidi, tetapi pendapat yang kuat menyatakan kamus tersebut murni besutannya. Memang, kamus ini disempurnakan kembali oleh muridnya, yaitu al-Laits bin al-Mudhaffar al-Kanani, setelah al-Farahidi meninggal.

Bukan hanya kamus perdana, tetapi juga menjadi acuan standar harakat (tanda vokal dalam tulisan Arab) dan penemuan al-'arud (studi prosodi Arab). Karyanya juga membentuk dasar untuk musikologi dan prosodi dalam bahasa Persia, Turki, dan Urdu.

Tetapi, tengoklah kisah di balik penyusunan kamus ini. Dalam mukadimah kamusnya, al-Farahidi mengisahkan motif yang melatarbelakangi agenda besarnya itu.

Perluasan wilayah menyebabkan terbukanya cakrawala di dunia luar, bukan hanya budaya, tetapi juga bahasa. Sebagai konsekuensi, kesalahan penggunaan bahasa Arab (lahn)semakin marak.

Jika langkah konkret tidak ditempuh, bukan tidak mungkin maka penduduk Arab sendiri akan lupa bahasa mereka.

Pengaruh yang lebih ekstrem lagi, ketidakmampuan masyarakat Arab berbahasa sesuai tradisi dan kaedah lama yang baku, berdampak buruk pada pemahaman Alquran, yang nontabene berbahasa Arab. “Aku ingin menginventaris kata berikut maknanya yang baku dan asing,” katanya seperti tertulis di mukadimah.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement