Selasa 05 Aug 2014 15:29 WIB

Banyaknya Korban Tewas di Gaza, Mayat Disimpan di Lemari Es

Rep: c73/ Red: Bilal Ramadhan
Warga Palestina menggelar shalat jenazah bagi korban yang tewas akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza.
Foto: AP Photo/Hatem Ali/ca
Warga Palestina menggelar shalat jenazah bagi korban yang tewas akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA-- Serangan Israel yang semakin gencar telah menyebabkan ribuan warga Palestina tewas. Akibatnya, kamar mayat di rumah sakit Rafah di Palestina kewalahan menerima jumlah mayat yang terus bertambah.

Apalagi korban yang telah ditinggal mati keluarganya, tidak ada cara lain selain menyimpan mayat tersebut di dalam lemari pendingin komersial. Sementara itu, di rumah sakit kota di Kuwait, arus ambulan diatur melalui kerumunan staf medis dan keluarga. Ambulan tersebut mengirimkan mayat yang akan diletakkan di luar gedung.

Seperti dilansir dari AlJazeera (Senin, 4/8), banyak orang yang tewas namun tidak memiliki kerabat seorang pun kecuali kerabat yang jauh. Hal itu karena, serangan udara Israel di Rafah telah menewaskan beberapa anggota keluarga yang sama.

Di rumah sakit Kuwait, keluarga tengah berkerumun di sekitar jasad korban tewas. Mereka tengah mengusapkan jari mereka di wajah yang berlumur darah, dari anak usia enam tahun bernama Malak dan Ismail berusia 13 tahun.

Namun, dokter di rumah sakit itu tidak memiliki ruang lagi untuk menampatkan mayat itu. Sehingga dengan terpaksa, mayat anak tersebut ditempatkan di lemari pendingin untuk es krim.

Meningkatnya jumlah korban di Gaza, membuat para pejabat Palestina kini tengah berjuang dengan puluhan tubuh yang tidak dapat teridentifikasi. Hal itu baik karena luka-luka mereka, atau pun karena tidak ada anggota keluarga yang tersisa yang melakukannya.

" Biasanya dalam situasi seperti ini, kami membangun 500 makam. Tetapi sejak bahan semen tidak diijinkan untuk masuk ke Gaza, kami tidak dapat membangun makam,' tutur Wakil Menteri pada Kementerian Perwakafan Gaza, Hassan Al Saifi.

Saat ini tuturnya, pihaknya mengambil mayat ke dalam kuburan massal sementara, hingga Israel mengakhiri serangan ke Gaza. Seorang anggota Perhimpunan Nasional untuk Demokrasi dan Hukum di Rafah, Ibrahim Abu Moammar mengatakan, tidak mengizinkan warga Palestina untuk menguburkan jasad yang mati adalah bentuk penghinaan.

Ia menambahkan, menyimpan jasad korban dalam lemari pendingin adalah pelanggaran hak asasi manusia. "Dimana lagi kita bisa mengubur kerabat kita ketika Israel mengebom pemakaman?" tutur seorang warga Rafah, Abu Mohammed Abusuliman, saat ia menangisi kematian tujuh anggota keluarganya.

Sementara itu, seorang warga bernama Umm Mohammed Abu Sada menggunakan sorbannya untuk menutupi bau mayat, yang beberapa dari mayat tersebut tergeletak di luar rumahnya selama berhari-hari.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement