REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Analis dan pejabat AS memperkirakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) memiliki 10 ribu pasukan militant di Irak dan Suriah. Pasukan ini termasuk para tahanan yang dibebaskan dari penjara ISIS serta loyalis Sunni yang ikut berperang setelah kelompok ini berkembang.
Kelompok Sunni yang bergabung dengan ISIS adalah kalangan minoritas Sunni irak yang merasa dipinggirkan dan tidak dianggap dalam proses politik oleh Perdana Mentri Nuri al-Maliki dari pemerintahan Syiah yang dominan.
Dua pejabat senior pertahanan Irak mengatakan kepada CNN, jumlah itu belum termasuk hasil rekrutan baru yang sebagian berusia 16-25 tahun. Para militant hasil rekrutan baru ini kebanyakan berasal dari kalangan miskin, pengangguran, dan kurang berpendidikan.
Presiden AS Barack Obama mengatakan, Sabtu (9/8) untuk mendorong anggota parlemen Irak menciptakan pemerintahan inklusif. Irak harus bisa memberikan kepercayaan bahwa ISIS bukan pemain tunggal di kota tersebut.
Walaupun begitu, kenyataan menunjukkan, saat ini ISIS merekrut para pemuda dengan cepat. Seorang pria yang mengetahui upaya perekrutan ISIS mengatakan, “Setelah mereka bergabung, (ISIS) memberi mereka mobil, senjata, ponsel, dan uang tunai,” kata dia.
Di Mosul, upaya perekrutan ISIS dimulai di pusat-pusat informasi yang berdiri di sekitar kota. Gambar yang konon diposting secara online oleh ISIS menunjukkan militan berpakaian hitam-hitam membagikan selebaran, video dan CD tentang kegiatan mereka kepada para laki-laki dan anak-anak.
Namun, hingga kini keaslian gambar tersebut belum dapat dikonfirmasi. Video tersebut juga menunjukkan upaya pembuatan bom dan bom bunuh diri.