- REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei lembaga riset Median menunjukkan perbedaan elektabilitas antara Joko Widodo-Mak'uf Amin dengan Prabowo Subianto-Sandiaga Uni makin menipis sekitar 9 persen. Analis politik IndoStrategi Arif Nurul Imam menilai hal ini tak bisa dipandang sebelah mata.
“Hasil survei ini tak bisa dipandang remeh, setidaknya sebagai data pembanding dari hasil survei lembaga lain yang gap perolehan suaranya masih berkisar belasan persen,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (21/1).
Arif memandang, hasil survei tersebut setidaknya memberi potret lain yang bisa menjadi bahan evaluasi kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden. Bagi pasangan pejawat Jokowi-Ma'ruf, menurut Arif, hasil survei ini menjadi peringatan dini supaya lebih giat dan mesti membuat strategi politik yang lebih jitu lagi.
"Bagi kubu Prabowo-Sandi hasil survei ini merupakan kemajuan yang mesti ditingkatkan dalam melakukan kerja-kerja politik," ujarnya.
Sampai dengan saat ini, menurut Arif, dinamika elektabilitas kedua paslon akan terus bergerak dengan berbagai variabel politik. "Massa mengambang dan pemilih yang belum menentukan pilihan merupakan salah satu penentu variabel politik siapa yang akan menang dalam kontestasi pilpres,” ucapnya.
Dari survei terbaru Median diketahui, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini sebesar 47,9 persen dan Prabowo-Sandiaga 38,7 persen. Sehingga, menurut Rico, perbedaan elektabilitas keduanya menjadi 9,2 persen.
"Selisih elektabilitas kian menipis. Suara pasangan Jokowi-Ma'ruf relatif terlihat stagnan, sedangan Prabowo-Sandiaga tumbuh namun relatif lambat," kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun di bilangan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (21/1).