REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei terbaru mereka evaluasi publik nasional terkait dukungan calon presiden dan integritas penyelenggara pemilu. Dari survei terhadap 1.426 responden menunjukkan, elektabilitas calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin lebih tinggi dibandingkan pasangan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Menanggapi hal tersebut, Influencer Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi - Maruf Amin, Maruarar Sirait menilai, hasil itu sangat beralasan. Apalagi, jika melihat rekam jejak dalam kompetisi merebut kepercayaan publik, Jokowi disebut masih menjadi selera publik hingga kini.
"Secara fundamental Jokowi memiliki hal-hal yang sangat positif santun tapi tegas, kemudian kinerja terukur cukup baik. Saya katakan tidak ada yang sempurna, sempurna hanya Tuhan. Prosesnya kita tahu kan pak Jokowi itu mengikuti kontestasi politik itu 2 kali wali kota, kemudian gubernur Jakarta, kemudian Pilpres 2014. Jokowi itu selera publik karena dia belum pernah kalah dalam rangka kompetisi merebut kepercayaan publik," kata Ara sapaan akrabnya di Kantor SMRC Jakarta, Ahad (10/3).
Ara melanjutkan, sementara Prabowo dalam sejarahnya pada 2009 dan 2014 pernah maju mencalonkan diri sebagai Wapres dan Presiden. "Realitanya Pak Prabowo belum mampu merebut kepercayaan rakyat. itu fakta-faktanya, tentu ada kelebihan Pak Prabowo dan ada kekurangannya Pak Jokowi," tuturnya.
"Bukan tidak mungkin pandangan saya pribadi sesudah Jokowi menang bisa saja Gerindra masuk kerja sama dalam pemerintahan. Bisa saja itu pandangan saya. Karena dalam data 2003 sampai sekarang memang hanya dua orang yang mempunyai elektabilitas paling tinggi yakni Jokowi dan Prabowo," tambahnya.
Adapun, dalam survei ini, peneliti menanyakan, 'Seandainya pemilu dilakukan sekarang, siapa pasangan capres dan cawapres yang akan dipilih?'. Hasilnya, 54,9 persen memilih pasangan Jokowi-Amin. Sementara, pemilih pasangan Prabowo-Sandi sebesar 32,1 persen. Kemudian, sebanyak 13,0 persen menyatakan tidak tahu atau merahasiakan pilihannya. Selisih keduanya sekitar 23 persen, bila pilpres dilakukan saat survei.
Survei opini publik nasional tersebut dilakukan pada 24 Januari 2019 sampai 31 Januari 2019, dengan melibatkan 1.426 responden yang dipilih secara acak di seluruh Indonesia. Margin of error survei adalah 2,65 persen.