Rabu 13 Mar 2019 00:07 WIB

Hoaks Penyebab Elektabilitas Jokowi Turun? Ini Analisis SMRC

Jokowi mengakui elektabilitasnya menurun karena fitnah dan hoaks.

Rep: Muhammad Riza Wahyu Pratama, Rizky Suryarandika/ Red: Andri Saubani
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyapa warga usai menghadiri kegiatan Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan, Kota Bandung (10/3)
Foto: Abdan Syakura
Calon Presiden nomor urut 01 Joko Widodo menyapa warga usai menghadiri kegiatan Deklarasi Alumni Jabar Ngahiji di Monumen Perjuangan, Kota Bandung (10/3)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Presiden pejawat, Joko Widodo (Jokowi) mengaku elektabilitasnya turun karena diterpa hoaks. Merespons hal itu, Direktur Program SMRC (Saiful Mujani Research & Consulting), Sirojudin Abbas mengatakan, penurunan elektabilitas Jokowi tidak semata-mata karena hoaks, Selasa (12/3).

"Kalau disimpulkan bahwa penurunan suara Jokowi karena hoaks, mungkin kurang tepat. Namun, penurunan itu terjadi setelah masa kampanye. Pada mulanya, karena belum ada kampanye, elektabilitas Jokowi mencapai 60 persen," kata Abbas saat ditemui di kantor SMRC, Jalan Kusuma Atmaja, Menteng Jakarta Pusat.

Baca Juga

Selanjutnya, Abbas menambahkan, Jokowi mengalami penurunan elektabilitas sebesar 5 persen. Menurut Survei SMRC, elektabilitas Jokowi pada mulanya 60 persen, saat ini berubah menjadi 54,9 persen.

Meskipun demikian, Abbas berpendapat, elektabilitas Jokowi stabil pada kisaran 50 persen ke atas. Sedangkan Prabowo berada pada kisaran 32 persen. Selisih antara pasangan 01 dan 02 masih lebih dari 20 persen.

SMRC belum lama ini merilis hasil survei terbaru mereka evaluasi publik nasional terkait dukungan calon presiden dan integritas penyelenggara pemilu. Dari survei terhadap 1.426 responden menunjukkan bahwa elektabilitas Joko Widodo-Maruf Amin lebih tinggi dibandingkan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Adapun dalam survei ini, peneliti menanyakan, 'Seandainya pemilu dilakukan sekarang, siapa pasangan capres dan cawapres yang akan dipilih?'. Hasilnya, 54,9 persen memilih pasangan Jokowi-Amin. Sementara, pemilih pasangan Prabowo-Sandi sebesar 32,1 persen.

Sebelumnya, Jokowi meminta masyarakat memerangi hoaks. Hal itu disampaikannya saat mengisi pidato dalam Festival Indonesia Satu di Gedung Istora Senayan pada Ahad, (10/4).

Jokowi mengakui elektabilitasnya turun akibat serangan hoaks. Diketahui, beberapa waktu lalu muncul serangan hoaks terhadap paslon 01 di Karawang.

"Di banyak daerah turun elektabilitas karena hoaks. Kita harus respons cepat. Nggak cuma di medsos tapi door-to-door. Jangan sampai enggak direspons, ini harus dilawan. Sekali lagi, ini harus dilawan," tegasnya.

Jokowi menganggap hoaks juga berbahaya bagi negara. Salah satu dampak hoaks ialah memunculkan gesekan di masyarakat lewat isu sensitif.

"Jangan dibiarkan, bahaya bagi negara kita. Saya titip ini dijaga betul," ujarnya.

Di sisi lain, Jokowi mengajak masyarakat untuk menyalurkan hak pilihnya. Ia berharap para pemilih tidak golput pada pemilu 2019.

"Mari kita gaungkan jangan satu orang pun golput, ajak kawan, tetangga, saudara berbondong-bondong ke TPS terdekat dari rumah. Jangan golput," pintanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement