Rabu 10 Apr 2019 21:30 WIB

TGB: Pemimpin tidak Boleh Emosional

Setiap ajaran agama di Indonesia mengajarkan umatnya untuk berbuat baik.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Andi Nur Aminah
Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Zainul Majdi alias Tuan Guru Bajang (TGB) mengatakan, sisi religius masih menjadi faktor penting untuk memilih calon presiden (capres) di Indonesia. Dia menilai, sosok yang mampu mengimplementasikan ajaran luhur beragama dalam sikap dan perbuatan sangat penting.

"Setiap ajaran agama di Indonesia mengajarkan umatnya untuk berbuat baik. Terutama bagi pemimpin yang dituntut pula punya hati dan pikiran yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan," kata TGB dalam keterangan resmi di Jakarta, Rabu (10/4).

Baca Juga

Ketua DPP Golkar Bidang Keumatan itu melanjutkan, ajaran agama apapun itu membimbing seseorang untuk melaksanakan kebaikan dan menjauhi hal-hal negatif. Dalam Islam, TGB mengatakan, seseorang yang beriman akan selalu memancarkan sikap yang positif dan menjauhi hal negatif.

Mantan kader partai Demokrat itu mengatakan, kewajiban untuk bersikap positif dan menjauhi hal negatif juga menjadi ciri seorang pemimpin yang Islami. Menurut TGB, pemimpin yang Islami tak akan menebar kebencian. Dia mengatakan, pemimpin yang Islami juga tak akan bertindak emosional. "Karenanya pemimpin yang kerap mengumbar emosi bukanlah seorang pemimpin yang Islami," katanya.

TGB menilai, ciri pemimpin yang Islami ada pada sosok Jokowi. Menurutnya, Jokowi adalah pemimpin yang bijak dan tak mengumbar emosi. Dia berpendapat, kualitas sikap kepemimpinan yang Islami ini juga tercermin dari praktik keseharian Jokowi yang tak pernah jauh dari ajaran agama.

"Kita bangga sebagai negara Muslim dengan populasi terbesar di dunia dianugerahi Allah pemimpin yang bisa menjadi suri tauladan. Bagaimana Pak Jokowi mampu menjalankan negara penuh dengan nilai-nilai luhur keislaman yang damai dan sejuk," ungkapnya.

TGB mengatakan, manusia tak ada yang sempurna, becitu juga dengan Jokowi. Namun, dia melanjutkan, di balik ketidaksempurnaan itu kepemimpinan Jokowi dinilainya berusaha maksimal tidak melenceng dari nilai-nilai keislaman.

TGB mencontohkan bagaimana Jokowi mampu menghadirkan negara untuk membantu kaum lemah. Negara, kata TGB, juga mampu menjadi garda untuk menjaga hak-hak warga negaranya. Dia mengatakan, nilai-nilai keislaman dalam menjalankan pemerintahan dijalankan oleh Pak Jokowi dengan penuh kemanusiaan. Sebab, lanjutnya, nilai Islam erat kaitannya dengan nilai kemanusiaan.

"Keislaman seseorang bisa dilihat dari rekam jejaknya. Pemimpin yang Islami tak hanya sekadar ucapan tapi terlihat dari perbuatannya," kata TGB.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement