Selasa 31 May 2011 20:22 WIB

Di Aceh, Biaya Rokok Lebih Tinggi dari Biaya Kesehatan dan Pendidikan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH - Hasil survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mengungkapkan biaya pengeluaran warga di daerah itu untuk kebutuhan rokok ternyata lebih tinggi daripada pemeliharaan kesehatan, olah raga, dan pendidikan. Kasi Distribusi BPS Kota Lhokseumawe Armiya, di Lhokseumawe, Selasa, menyebutkan Survei Biaya Hidup (SBH) yang dilakukan pada 2007 menunjukkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok 5,6 persen dari total pengeluaran rumah tangga.

"Jenis rokok yang dikonsumsi kretek 2,7 persen, kretek filter 2,5 persen dan rokok putih 0,3 persen," ujarnya, Selasa (31/5). Ia menyebutkan, kebutuhan untuk membeli rokok yang lebih tinggi dari biaya pemeliharaan kesehatan dan juga olah raga tersebut, dipengaruhi oleh tren masyarakat yang setia pada rokok dan sulit untuk membuangnya karena faktor kecanduan serta gencarnya iklan oleh produsen.

Sementara itu, lanjut Armya, biaya pemeliharaan kesehatan, mulai dari konsultasi, perawatan, dan biaya berobat hanya 4,59 persen dari total pengeluaran rumah tangga. Selanjutnya, untuk biaya pendidikan, olah raga dan rekreasi hanya 3,37 persen dari total pengeluaran rumah tangga warga Kota Lhokseumawe.

"Ini pada SBH yang dilakukan pada tahun 2007 untuk warga Kota Lhokseumawe. Di mana memang biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok lebih tinggi daripada pemeliharaan kesehatan dan juga pendidikan," ujar Armiya.

Sementara menurut salah seorang warga yang pencandu rokok Habibi mengakui bahwa dalam sehari dirinya menghabiskan dua bungkus jenis rokok putih. "Dalam satu hari saya mengeluarkan uang senilai Rp 25 ribu untuk membeli rokok. Biaya tersebut lebih tinggi daripada biaya kebutuhan pribadi saya lainnya. Apalagi biaya untuk olah raga, suplemen kesehatan dan juga jamu untuk penunjang kesehatan," ungkap dia.

Menurut Habibi, dirinya sulit untuk berhenti merokok meski keinginan begitu kuat untuk tidak merokok lagi. Sementara itu, salah seorang remaja yang baru menjadi perokok mengakui bahwa dirinya terpengaruh oleh teman-teman dan juga iklan rokok, sehingga mulai mencoba-coba dan akhirnya menjadi perokok.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement