REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS-- Sebuah bom meledak di sekat kantor Kementerian Luar Negeri Mesir di Kairo pada Ahad (21/9) lalu. Uni Eropa menyatakan sangat prihatin oleh ledakan bom mematikan tersebut.
"Pikiran kita bersama korban tindakan yang keji itu, dan keluarga mereka," kata Michael Mann, juru bicara Perwakilan Tinggi Uni Eropa Catherine Ashton, dalam satu pernyataan.
"Kami tegaskan kecaman Uni Eropa terhadap terorisme dalam segala bentuknya," tambahnya.
Setidaknya dua polisi, termasuk seorang perwira, dilaporkan tewas dan beberapa wajib militer dan orang-orang yang lewat luka berat dalam serangan bom itu. Menurut laporan Reuters, sebuah bom meledak dekat Kementerian Luar Negeri Mesir Minggu, menewaskan dua petugas polisi dan melukai beberapa lainnya, kata Kementerian Dalam Negeri, dalam serangan paling serius di Kairo dalam tiga bulan.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan dua letnan kolonel polisi itu. Namun aksi tersebut mirip dengan serangan yang dilancarkan pemberontak Islam yang ingin menggulingkan pemerintahan yang didukung AS.
Mesir menghadapi meningkatnya aksi kekerasan kelompok militan sejak militer menggulingkan Presiden Mohamed Mursi tahun lalu dan memerangi gerakan Ikhwanul Muslim. Tantangan semakin kompleks sejak militan Negara Islam merebut sebagian Irak dan Suriah pada Juni dan mendeklarasikan sebuah pemerintahan, sehingga menginspirasi kelompok militan lain, termasuk beberapa yang berbasis di perbatasan Mesir dengan negara bergejolak Libya.
IS menjalin hubungan dengan Ansar Bayt al-Maqdis yang berbasis di Sinai dan melatih organisasi militan Mesir paling mematikan, kata komandan di kelompok itu. Ledakan tersebut menyebabkan asap mengepul dan warga berlarian di sepanjang trotoar di kawasan Boulaq bu Eila, persis di belakang Kementerian Luar Negeri yang berlokasi di sebuah bangunan bertingkat di samping Sungai Nil.
Ledakan itu menyebabkan sebuah pohon tumbang dan menimpa sebuah mobil. Darah tampak berceceran di persimpangan jalan yang sibuk di samping sebuah pasar yang ramai. Meski jumlah korban tewas masih rendah, setiap serangan di ibukota menimbulkan keraguan terhadap pasukan keamanan yang berjanji untuk mengakhiri aksi berdarah kelompok militan yang telah memukul sektor industri pariwisata, pilar bagi ekonomi negara tersebut.