REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Profesor Matematika Institut Teknologi Bandung (ITB), Iwan Pranoto tertarik dengan perdebatan logika matematika yang sedang heboh di media sosial akhir-akhir ini.
Ini berawal dari buku tugas pelajar SD yang mendapat nilai merah gurunya akibat menuliskan 4+4+4+4+4+4 = 4x6.
Menurut gurunya, 4+4+4+4+4+4 adalah 6x4, bukan 4x6.
Menanggapi itu, profesor Yohanes Surya dari Universitas Indonesia (UI) membenarkan sang guru.
Dia mengibaratkan sebuah kasus, jika dalam dua kotak berisi masing-masing empat jeruk. Maka persamaannya adalah 4 jeruk + 4 jeruk.
Selanjutnya, itu bisa dituliskan 2 x 4 = 4 + 4 (kesepakatan).
Logika matematika yang dipaparkan Yohanes sama dengan sang guru.
Iwan mendebat Yohanes melalui akun twitternya dengan mengatakan perumpamaan itu adalah ilmu alam, bukan matematika.
"Ini ilmu alam, bukan matematika. Matematika tidak seperti itu," tulis Iwan di akunnya @iwanpranoto.
"Di ilmu alam, kita mengamati alam, lalu berteori. Di matematika, kita berteori dan bernalar dengannya, menjelajah berbagai inferensinya," lanjut Iwan.
Iwan juga mengajak publik untuk lebih paham tentang cara memeriksa perkalian. Dalam pernyataannya di berbagai media berbeda, Selasa (23/9), Iwan menyatakan, pertanyaan sekadar 3x4=...... harus dibenarkan jawabannya, baik itu 3+3+3+3 atau 4+4+4.
"Salah gurunya tak beritahu dalam instruksinya yang mana yang diminta," kata Iwan.
Guru bersangkutan seharusnya memberikan contoh terlebih dahulu di bagian awal. Misalnya dengan mengatakan, "Jika ×3 = 3 +3, tentukan 3×4".
Jika dengan pertanyaan ini anak jawabnya 3+3+3+3, maka guru berhak menyalahkan."
Ia menjelaskan, tidak ada kebenaran di matematika, yang ada hanya kesahihan. Jika pernalarannya sahih, maka jawaban apa pun bisa diterima. Walau pun kesimpulannya mungkin aneh.
Di natematika pun, guru bukan sumber kebenaran.