REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI – Hari pertama, Selasa (23/9), kegiatan resmi saya di Taiwan dimulai dengan mengunjungi kantor Kementerian Pendidikan Taiwan. Masalah pendidikan termasuk dalam satu agenda utama yang akan dibahas Taiwan dalam KTT APEC 2014 di Cina, Nopember mendatang.
Selain Kementerian Pendidikan, kami juga akan berkunjung ke Taiwan Institute of Economic Research, Taiwan Excellence Pavilion, dan Bureau of Foreign Trade Ministry of Economic Affairs.
Untuk meliput seluruh kegiatan pra-APEC Taiwan, MOFA hanya mengundang tujuh tamu; lima orang jurnalis dan dua tamu khusus.
Kelima jurnalis tersebut adalah Chairul Akhmad (Republika-Indonesia), Lee Seok Woo (The Seoul Daily News-Korea Selatan), Shohei Mitsuka (The Shankei Shimbun-Jepang), Melissa Masatani (San Gabriel Valley Tribune-Amerika Serikat), dan Osmin Alfredo Garcia Montano (Tiempo-Honduras).
Sedangkan dua tamu khusus tersebut adalah Prof Yury Tavrovsky (Profesor Emiritus-Russian People’s Friendship University Moscow) dan Prof Axel Berkofsky (Senior Associate Research Fellow-Instituto per gli Studi di Politica Internazionale Milan).
Selain melakukan riset, kedua tamu khusus ini juga diminta memberikan masukan pada pemerintah Taiwan terkait peran negara tersebut dalam forum APEC.
Minibus yang membawa rombongan jurnalis dari Hotel Palais de Chine tiba di kantor Kementerian Pendidikan Taiwan tepat pukul 09.30 waktu setempat. Kantor yang terletak di Zhongsan South Road No.5, Taipei tersebut nampak megah, bersih dan nyaman. Kombinasi modernitas dan tradisionalitas begitu mencolok dalam arsitektur gedung yang dinakhodai oleh Menteri Pendidikan Dr Wei-Ling Chiang itu.
Sayang Wei-Ling Chiang tidak sempat menerima kami karena pada saat bersamaan ia harus menghadiri rapat kabinet dengan Presiden Taiwan Ma Ying-Jeou. Para tamu disambut oleh Deputi Politik Menteri Pendidikan Taiwan Lucia S Lin, sejumlah pejabat Kementerian Pendidikan Taiwan, dan tokoh-tokoh universitas terkemuka Taiwan.
Di antaranya Deputi Direktur Departemen Pendidikan Internasional dan Lintas Selat Bang-An Rau, Kepala Seksi Departemen Pendidikan Internasional dan Lintas Selat Li-Jiun Hsieh, Penasihat Deputi Pendidikan Departemen Pendidikan Internasional dan Lintas Selat Rebecca HC Lan, dan Atase Pendidikan Departemen Pendidikan Internasional dan Lintas Selat Jing Zeng,
Tokoh lainnya adalah Kepala Seksi Universitas Teknologi Nasional Taipei Dr Michael Tanangkingsin, Asisten Proyek Universitas Teknologi Nasional Taipei Meng-Chih Ke, dan Asisten Khusus Universitas Mingh Chuan Le-Ann Eyerman.
Dalam sambutannya, Deputi Politik Menteri Pendidikan Taiwan Lucia S Lin mengungkapkan sejumlah keberhasilan yang dicapai Taiwan dalam bidang pendidikan. Menurutnya, keberhasilan Taiwan dalam bidang pendidikan inilah yang turut menyumbang kesuksesan negara itu dalam bidang ekonomi sebagaimana yang terlihat saat ini.
Lucia mengatakan, pendidikan di Taiwan ditargetkan untuk mengarah dan seiring sejalan dengan standar pendidikan internasional. Kementerian Pendidikan Taiwan, kata dia, terus berupaya membangun jaringan dan kolaborasi dengan universitas-universitas terbaik di dunia. Ini perlu dilakukan sebagai upaya membangun masyarakat Taiwan agar mampu bersaing di kancah global.
“Saya yakin, dengan adanya kerja sama berkesinambungan dan jaringan yang terkoordinasi dengan universitas terkemuka di dunia, maka kami dapat menyediakan pendidikan terbaik bagi pemuda, masyarakat Taiwan, maupun komunitas global secara keseluruhan,” ujarnya.
Sistem pendidikan
Kementerian Pendidikan Taiwan merupakan bagian dari Executive Yuan (kabinet) yang bertanggung jawab terhadap administrasi akademik dan pendidikan nasional. Termasuk di dalamnya program perencanaan pendidikan, penetapan kebijakan pendidikan serta pengawasan sistem pendidikan.
Di Taiwan, rata-rata jenjang pendidikan ditempuh dalam jangka waktu 20 tahun lebih, mulai dari pendidikan dasar (SD) hingga program doktoral. Hitungannya, 6 tahun pendidikan dasar (SD), 3 tahun sekolah menengah pertama (SMP), 3 tahun sekolah menengah atas (SMA), 4-7 tahun pendidikan tinggi (universitas), 1-4 tahun program pascasarjana (S-2), dan 2-7 tahun program doktoral (S-3).
Taiwan juga menerapkan wajib belajar selama 9 tahun, yakni pendidikan dasar 6 tahun dan 3 tahun sekolah menengah pertama. Program wajib belajar ini diterapkan sejak 1968 silam. Mulai 2104, Taiwan menerapkan wajib belajar selama 12 tahun, yakni dari SD hingga SMA.
Pada jenjang pendidikan menengah atas, Kementerian Pendidikan Taiwan juga menyediakan sekolah-sekolah kejuruan bagi para pelajar yang ingin mendalami satu bidang keahlian tertentu. Pendidikan kejuruan ini lebih mengutamakan peningkatan skills pelajar, terutama di bidang teknologi dan industri.
Dengan sistem pendidikan yang ada saat ini, Taiwan telah berhasil mencetak generasi muda yang siap menghadapi tantangan di masa depan. “Walau demikian, kami terus berupaya meningkatkan sistem pendidikan yang ada. Salah satu caranya adalah menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga pendidikan terkemuka di dunia,” kata Lucia.