Sabtu 11 Oct 2014 18:00 WIB

Diduga Ada Skenario Rusak Perdamaian Aceh

Red: Erdy Nasrul
-Gubernur Aceh Zaini Abdullah
-Gubernur Aceh Zaini Abdullah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Pengamat politik dan hukum dari Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Darussalam M Adli Abdullah, menilai saat ini ada skenario pihak-pihak tertentu yang berkeinginan mengusik proses perdamaian yang sedang berjalan di Aceh.

"Saya melihat ada skenario dari pihak tertentu yang memainkan perannya untuk mengusik perdamaian di Aceh. Terkesan aktornya mirip seperti Aceh awal-awal Pemerintahan Irwandi-Nazar," kata dosen Fakultas Hukum Unsyiah itu di Banda Aceh, Sabtu.

Hal tersebut disampaikan menanggapi adanya kelompok bersenjata di kawasan pedalaman Kabupaten Aceh Timur dan statemen Forbes Aceh terkait isu pemekaran provinsi.

Ia berharap kepekaan aparat keamanan untuk segera menghentikan setiap gelagat kekerasan di Aceh. Dan berharap juga ada langkah-langkah politik sehingga Aceh tidak kembali tergiring ke situasi konflik.

"Apapun alasannya, negara tidak boleh membiarkan adanya senjata api ilegal berada di tangan sipil. Tidak boleh dibiarkan, dan harus dikedepankan pendekatan hukum. Namun tidak juga mengenyampingkan pendekatan musyawarah agar mereka mau menyerahkan senjatanya," kata dia menjelaskan.

M Adli menyebutkan Aceh itu ibarat "rumput kering" yang mudah disuluti dan kemudian terbakar. "Karenanya saya melihat ada penggiringan agar konflik kembali terjadi di Aceh dan konsep konfliknya horizontal," katanya menambahkan.

Konflik horizontal terjadi karena modal sosial dan politik Aceh sedang degradasi. Menurutnya konflik horizontal tersebut sangat bahaya, dan di Aceh jenis konflik itu pernah terjadi.

Apalagi, kata dia, munculnya kelompok sipil bersenjata itu bersamaan dengan gencar-gencarnya upaya Pemerintah Aceh mempromosikan potensi investasi untuk menarik minat investor di provinsi berpenduduk sekitar 5 juta jiwa tersebut.

Menurutnya, jika memang ada oknum masyarakat yang merasakan Pemerintah Provinsi Aceh tidak adil maka sebaiknya bisa disampaikan secara terbuka, termasuk melalui media massa karena ini adalah zaman domokrasi, bukan dengan kekerasan, apalagi sampai mengusik ketenangan dan kenyamanan hidup orang banyak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement