REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Asap kebakaran lahan dari Sumatera Selatan dan Kalimantan mengepung Sumatera Barat pada Senin seiring dengan angin yang bergerak dari timur dan selatan.
"Sumber asap dari selatan tetap berpengaruh utama di Sumbar, dan diperparah angin dari timur yang membawa asap dari Kalimantan," kata Kepala Seksi Observasi BMKG Ketaping, Budi Samiaji di Padang, Senin (13/10).
Sumbar, katanya, dikepung asap dari dua arah dan diperkirakan hingga empat hari ke depan.
Budi mengatakan, sejumlah kabupaten dan kota seperti Bukittinggi, Tanah Datar, Agam, Payakumbuh, Padangpanjang, Sawahlunto, Pessel, Sijunjung dan Dharmasraya, terkena dampak terparah akibat kabut asap tersebut.
"Di Bukittinggi, kemarin jarak pandang sekitar 800-1.000 meter, tapi kini sudah membaik," katanya.
Namun demikian, di Padang justru kondisinya memburuk sejak Senin pagi (13/10).
Ia menambahkan, solusi jangka pendek mengatasi asap kiriman tersebut adalah terjadinya hujan lebat terutama di sumbernya.
Potensi hujan lebat, kata Budi, diperkirakan terkonsentrasi di Mentawai dan Sumbar bagian timur.
Sedangkan untuk daerah pesisir seperti Padang dan Pariaman, potensi hujan masih tinggi dengan intensitas ringan hingga sedang berdurasi singkat.
Sementara itu, seorang warga Padang, Ilham (28) mengaku merasakan asap yang sudah menyelimuti kota itu sejak dua hari terakhir.
"Sejak hari Ahad memang tidak ada hujan, karena itu asap masih ada di Padang, sore ini matahari pun sudah hilang karena asap," katanya.
Meskipun begitu, Ilham mengaku belum menggunakan masker karena belum berbahaya dan tidak ada imbauan dari pihak terkait.
Berdasarkan data Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang pada Senin sore (13/10), kualitas udara kategori sedang dengan PM10 sebesar 84 mikrogram per meter kubik.