REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Permainan elektronik (game) bermuatan kekerasan memiliki dampak negatif yaitu dapat memicu tindakan bully, kata Ketua Divisi Sosialisasi dan Komisioner Bidang Pendidikan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto.
"Seiring derasnya arus teknologi dan informasi justru menimbulkan banyak efek, satu sisi memiliki dampak positif tapi dampak negatifnya juga tak terbendung," kata Susanto di Jakarta, Selasa (14/10).
Menurut dia, beragamnya "games" bermuatan kekerasan di dunia maya memicu anak melakukan tindakan serupa dengan apa yang ada di permainan tersebut, bahkan sampai pada tahapan bully kepada lingkungan sekitar.
"Apalagi bagi anak yang sudah mengalami adiksi (ketagihan) permainan bermaterikan kekerasan tentu akan sangat berbahaya, bukan hanya dirinya tetapi juga bagi orang sekitar," kata dia.
Belakangan, permainan elektronik sangat mudah diakses oleh anak-anak terlebih makin murah dan mudahnya piranti canggih didapatkan seperti tablet, ponsel pintar dan konsol permainan. Permainan elektronik bermaterikan kekerasan itu sangat bervariasi baik dari level ringan, sedang dan sulit.
Oleh karena itu, kata Susanto, KPAI meminta kepada pemerintah agar mengambil langkah tegas terhadap beredarnya permainan bermuatan kekerasan serta segera membuat kebijakan mendorong pelibatan semua pemangku kepentingan seperti pengusaha, seniman, teknolog, akademisi dan mahasiswa untuk bersama sama menyajikan karya-karya game kreatif berkonten pendidikan karakter.
"Ini sebagai solusi atas minimnya 'game' bermuatan pendidikan yang ada. Jika ini tidak segera dilakukan kita akan kehilangan masa depan generasi," katanya.