REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Presiden Rusia Vladimir Putin akan bertemu dengan pemimpin Ukraina Petro Poroshenko, di Italia pekan ini. Keduanya akan mencari cara untuk menyelesaikan sengketa pasokan gas alam dan upaya mengakhiri konlik di timur Ukraina.
Pertemuan di Milan, yang direncanakan pada Jumat (17/10), merupakan langkah menggembirakan bagi Moskow, Kiev dan Brussels. Selama ini Kiev dan Brussels khawatir akan keputusan Rusia, untuk memasok pasokan gas ke Ukraina. Rusia mengatakan, Kiev belum membayar tagihannya sehingga bisa mengancam aliran gas ke seluruh Eropa musim dingin ini.
Perdana Menteri Italia Matteo Renzi akan menjadi tuan rumah pertemuan antara Putin dan Poroshenko. Mereka akan menggelar pertemuan di sela-sela pertemuan puncak para pemimpin Eropa-Asia.
Pertemuan rencananya juga akan dihadiri Kanselir Jerman Angela Merkel, Presiden Prancis Francois Hollande, Perdana Menteri Inggris David Cameron, Presiden Uni Eropa Herman Van Rompuy, dan Presiden Komisi Uni Eropa Jose Manuel Barroso.
Namun asisten Putin, Yuri Ushakov, mengatakan tak tertutup kemungkinan pertemuan empat mata antara Putin dan Poroshenko. Ia juga mengatakan, ada kemungkinan Putin juga akan bertemu Merkel secara terpisah.
Poroshenko mengatakan, seluruh dunia memiliki harapan tinggi pada pembicaraannya dengan Putin.
Lebih dari 3.600 orang telah tewas akibat konflik di Ukraina timur. Uni Eropa dan Amerika Serikat bahkan memberlakukan sanksi pada Rusia, karena dianggap membantu separatis dan menganeksasi semenanjung Crimea.
Di tengah konflik yang rumit, Ukraina menghadapi sengketa lama yakni masalah pasokan gas.
Jika kesepakatan dengan Putin tak tercapai, Ukraina kemungkinan akan menghadapi kekurangan energi musim dingin ini. Pada gilirannya, ini akan berisiko terhadap gangguan pasokan gas ke seluruh Eropa seperti yang terjadi pada 2006 dan 2009. Selama ini Eropa menerima sepertiga kebutuhan gas dari Rusia, dan sekitar setengahnya dipompa melalui Ukraina.
Produsen gas alam Rusia, Gazprom, telah memotong pasokan gas ke Ukraina pada Juni. Hal tersebut dilakukan setelah Kiev gagal membayar hutang gas ke Rusia. Padahal menurut Rusia hutang Kiev telah mencapai lebih dari 5 miliar dolar.
Seorang analis politik Mikhail Pogrebinsky mengatakan, pertemuan di Milan bisa membawa terobosan terkait masalah gas. "Rusia akhirnya akan menjual gas ke Ukraina, setelah Ukraina membayar hutangnya secara simbolis. Ini memungkinkan Ukraina tak membeku di musim dingin nanti," ujarnya.
Pejabat dari Rusia dan Komisi Eropa yang menengahi pembicaraan mengatakan, kesepakatan sudah semakin dekat. Poroshenko mengatakan pada Sabtu (11/10), ia berharap adanya kemajuan signifikan dalam masalah ini selama pembicaraan di Milan.
Mantan Menteri Luar Negeri Lithuania Vygaudas Usackas mengatakan, masih ada perbedaan yang harus diselesaikan. Tapi pembicaraan para presiden dan pertemuan pemimpin perusahaan gas sejumlah negara Eropa pada 21 Oktober, bisa menimbuklan harapan tercapainya kesepakatan. Salah satu perbedaan utama adalah masalah harga.
Selain masalah gas, para pemimpin Eropa juga berharap pertemuan Putin dan Poroshenko dapat membantu memuluskan gencatan senjata di Ukraina timur.Selama ini gencatan senjata yang disepakati 5 September lalu, diwarnai berbagai pelanggaran oleh kedua pihak bertikai.
"Saya pikir ada beberapa tanda-tanda positif. Sepertinya kita memasuki bab baru yang lebih menjanjikan dan postif dari seluruh teka-teki krisis di Ukraina," kata Usackas yang kini menjadi Duta Besar Uni Eropa untuk Rusia.
Tapi dia berkata pada Reuters, kelompok beranggotakan 28 negara itu menginginkan upaya berkelanjutan dan hasil yang konkret serta nyata. Meskipun Putin pekan ini mengumumkan penarikan pasukannya dari Ukraina, pejabat Barat menginginkan bukti yang jelas.
Moskow selama ini dituduh mempersenjatai dan membantu pemberontak di Ukraina. Moskow berulang kali membantah tuduhan tersebut, dan menantang negara Barat memberikan buktinya.
Sementara itu, Kremlin mengatakan Putin dan Poroshenko telah membahas langkah perdamaian. Pembicaraan keduanya dilakukan melalui sambungan telepon pada Selasa (14/10).
Hubungan Moskow dan Barat berada di titik terendah, sejak Perang Dingin berakhir dua dekade silam, saat ini. Perpecahan mendalam tetap tercermin saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Paris, pada Selasa lalu.