REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Para petani tebu di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, berencana membuang gula mereka ke jalanan sebagai bentuk protes atas rendahnya harga gula.
"Kami akan menggelar protes pada hari Rabu (22/10) dengan melibatkan ratusan petani yang ada di Lumajang," kata Sekretaris Himpunan Petani Tebu Rakyat (HPTR) Lumajang Budhi Susilo di Lumajang, Ahad (19/10).
Sebelumnya diberitakan sekitar 6.000 ton gula milik petani di Lumajang menumpuk di berbagai lokasi karena mereka tidak mau menjualnya. Hal itu terjadi akibat rendahnya harga gula atau di bawah harga patokan petani (HPP) yang ditetapkan pemerintah Rp8.500 per kilogram.
Budhi tidak menjelaskan berapa jumlah gula milik petani yang akan disebar di jalanan tersebut. Dia hanya memastikan bahwa tidak mungkin gula sebanyak 6.000 ton milik petani itu akan dibuang semua.
"Lewat aksi ini kami ingin menggugah semua pihak yang terlibat dalam tata niaga gula ini, khususnya pemerintah untuk memperhatikan nasib petani," kata lulusan Universitas Merdeka Malang ini.
Untuk keperluan rencana aksi tersebut, HPTR Lumajang akan segera mengurus izin ke kepolisian setempat. Sesuai dengan ketentuan, setiap rencana kegiatan yang melibatkan massa harus meminta izin atau melapor ke kepolisian.
Budhi menjelaskan hingga kini para petani tetap teguh pada pendirian semula untuk tidak menjual ribuan ton gula mereka jika harganya tidak sesuai dengan harapan.
Menurut Budhi, pemerintah sebetulnya sudah menetapkan HPP gula Rp8.500 per kilogram dari sebelunya Rp8.250. Namun, pada proses lelang peserta tidak ada yang berani membeli sesuai dengan HPP tersebut.
"Oleh karena itu, gula hasil produksi di bawah PTPN XI tidak terjual, termasuk milik petani. Kami para petani sepakat untuk tidak menjual gula-gula itu kalau harganya tidak sesuai dengan HPP," katanya.