REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) versi Muktamar Jakarta, Djan Faridz mengaku belum lama mengenal partai berlambang ka'bah itu. Djan baru mengenal PPP di era kepemimpinan Hamzah Haz pada tahun 1998 - 2007.
"Saya mengenal PPP sejak Hamzah Haz menjadi ketua umum, sejak saat itulah saya merasa PPP menjadi bagian dari kehidupan saya," katanya dalam pidato pertamanya setelah ditetapkan sebagai ketua umum terpilih di Hotel Sahid, Jakarta, Ahad (2/11) dini hari.
Untuk diketahui, partai berlambang Ka'bah ini didirikan pada tanggal 5 Januari 1973 di tengah rezim orde baru yang sangat otoriter dan represif. Partai ini merupakan hasil gabungan dari empat partai keagamaan yaitu Partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Serikat Islam Indonesia (PSII), Perti dan Parmusi.
Ketua umum pertama adalah Mohammad Syafa'at Mintaredja yang memimpin PPP ketika awal didirikan hingga 1978. Sementara ketua umum kedua adalah Djaelani Naro yang memimpin periode 1978-1989. Dan yang ketiga yakni Ismail Hassan Metareum periode 1989-1998.
Sedangkan Hamzah Haz adalah ketua umum keempat pada periode 1998-2007. Artinya, Hamzah terpilih di masa 25 tahun setelah PPP berdiri. Dengan 'kendaraan' PPP, Hamzah Haz sempat melenggang menjadi wakil presiden mendampingi Megawati Soekarnoputri pada 2001-2004.
Tongkat estafet kepemimpinan kemudian beralih ke Suryadharma Ali (SDA). SDA memimpin PPP pada periode 2007 hingga 2014. Di ujung kepemimpinannya, partai yang mempunyai //tag line// Rumah Besar Umat Islam ini didera konflik berkepanjangan.
Puncaknya, kubu SDA dkk serta Kubu Romahurmuziy (Romi) dkk sama-sama mengadakan muktamar dengan klaim kebenaran masing-masing. Kubu Romi mengadakan muktamar di Surabaya dan memilih Romi sebagai ketua umum. Sementara kubu SDA menggelar muktamar di Jakarta dan menetapkan Djan Faridz sebagai ketua umumnya.