REPUBLIKA.CO.ID, MURSITPINAR -- Pasukan peshmerga Kurdi Irak bersama dengan pasukan Suriah membombardir posisi milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Kobani, Senin (3/11).
Kobani telah menjadi simbol perlawanan koalisi yang dipimpin Amerika Serikat untuk menghentikan gerakan ISIS. Di kota tersebut ISIS telah menerjunkan persenjataan dan milisinya selama lebih dari satu bulan.
Untuk saat ini, Kobani tengah menjadi pusat perhatian dunia. Pertempuran selama beberapa pekan telah menimbulkan kemarahan di antara Kurdi Turki. Kurdi Turki menyalahkan pemerintah karena tidak berupaya keras mempertahankan Kobani.
Kedatangan peshmerga Irak Kurdi di Kobani dan pejuang Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) dalam beberapa hari telah meningkatkan upaya mempertahankan kota. Saksi mata mengatakan asap putih terlihat membumbung di udara saat peshmerga dan FSA bertempur. Tembakan kanon dan mortar menghujani posisi milisi ISIS di barat Kobani.
Militer AS mengatakan telah mengebom posisi ISIS di Suriah, termasuk di Kobani sebanyak lima kali dan sembilan kali di Irak pada Ahad dan Senin. Sekitar 150 pejuang Irak Kurdi bersenjata dan amunisi menyeberang dari Turki ke Kobani, Jumat pekan lalu.
"Senjata berat (mereka) telah menjadi penguatan kunci bagi kita. Saat ini sebagian besar dari mereka bertempur di barat. Di sana juga ada FSA," kata Meryem Kobane, seorang komandan YPG, kelompok bersenjata Kurdi Suriah utama di Kobani, Senin.
Dia mengatakan pertempuran hebat juga berlanjut di bagian timur dan selatan kota. Di bagian tersebut tidak ada penempatan pasukan.
Meski serangan udara terjadi selama beberapa pekan, ISIS terus menimbulkan kerugian besar pada pasukan Kurdi. Akhir pekan lalu, sebuah sumber di rumah sakit di Turki melaporkan lonjakan jumlah korban tewas dan luka pejuang Kurdi yang dibawa melintasi perbatasan.
Di Irak, milisi ISIS menyerbu kota-kota Muslim Sunni dan sebagian besar kota di Tigris dan Efrat di uatara dan barat Baghdad. AS berharap Sunni mengubah keberpihakan mereka. Namun, sejauh ini, Sunni menentang keberadaan ISIS.
Lebih dari 320 anggota suku Albu Nimr, termasuk perempuan dan anak-anak dibunuh, mereka diburu, ditembak dan dikubur di kuburan massal karena desa mereka telah dikuasai. Hamdan al-Nimrawi, Senin, mengatakan 36 anggota sukunya ditembak mati di Ramadi, provinsi Anbar.
Pasukan Kurdi Irak hanya akan berada sementara di Suriah. Dalam wawancara dengan Associated Press, Selasa (4/11) Perdana Menteri Pemerintah Regional Kurdi Nechervan Barzani mengatakan keterlibatan pasukan peshmerga Kurdi di Suriah tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan politis tertentu. Namun, bertujuan jangka pendek untuk membantu pasukan Kurdi di sepanjang perbatasan Suriah dan Turki.
"Peran kami adalah membantu orang-orang yang berjuang di tanah Kobani. Saya tidak mengharapkan perubahan besar dalam persamaan politik di wilayah tersebut secara keseluruhan," ujar dia.
Serangan ISIS di Kobani dan desa-desa Suriah telah menewaskan lebih dari 800 orang. Kelompok radikal ini menangkap puluhan warga desa Kurdi dan menguasai sebagian Kobani. Lebih dari 200 ribu orang mengungsi ke Turki.
Barzani mengakui pejuang peshmerga masih mengalami kesulitan melawan ISIS. Selain membantu dengan serangan udara, sejumlah negara membantu pasukan peshmerga dengan cara mengirimkan bantuan senjata dan bantuan kemanusiaan bagi lebih dari satu juta pengungsi di kawasan Kurdi.
Dia juga mendesak pasukan keamanan Irak memberi lebih banyak bantuan bagi pasukan Kurdi yang memerangi ISIs di Irak. "Kami masih menunggu tanggapan Baghdad untuk mengirim pasukan. Namun, sejauh ini mereka tidak melakukannya," kata Barzani.