REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kepolisian Negara Republik Indonesia berupaya mendapatkan sampel DNA keluarga dua WNI yang tewas dibunuh di Hong Kong, Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih, untuk kepentingan identifikasi.
"Kita membantu dalam mendapatkan data ante mortem keluarga kedua korban," kata Karo Penmas Divhumas Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan tim dari Polda Jateng saat ini tengah menuju ke Cilacap, Jawa Tengah untuk mendapatkan sampel DNA keluarga Sumarti Ningsih. "Sementara itu, tim kami juga sedang menuju ke Muna, Sulawesi Tenggara untuk menemui keluarga Seneng guna memperoleh sampel DNA keluarga Seneng. Mereka lagi menunggu jadwal transportasi laut ke sana," ujarnya.
Kepolisian menargetkan sampel DNA kedua keluarga korban bisa didapatkan maksimal Jumat (7/11) sehingga selanjutnya langsung bisa dikirimkan ke Hong Kong. Sementara terkait pekerjaan dan izin tinggal kedua korban selama di Hong Kong, Boy belum mengetahui secara pasti karena hal itu masih membutuhkan penelusuran lebih lanjut.
Ia mengatakan saat ini kepolisian masih berfokus pada proses identifikasi jenazah dan upaya pemulangan jenazah.
Sementara pihaknya mengapresiasi upaya investigasi yang dilakukan kepolisian Hong Kong dalam mengungkap kasus tersebut.
"Investigasi yang sudah dilakukan kepolisian Hong Kong cukup bagus. License officer kita di sana, Kompol Beni juga terus berkoordinasi dengan kepolisian Hong Kong terkait hal ini," katanya.
Sumarti Ningsih dan Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena menjadi korban pembunuhan sadis yang dilakukan oleh seorang bankir asal Inggris, Rurik George Caton Jutting (29). Jenazah Sumarti Ningsih ditemukan dengan kondisi terpotong-potong dalam sebuah koper di balkon lantai 31 apartemen milik Rurik Jutting di Distrik Wan Chai, Hongkong, Sabtu (1/11).
Sementara jasad rekannya, Seneng Mujiasih alias Jesse Lorena ditemukan di ruang tamu apartemen tersebut. Saat ini pelaku telah ditangkap kepolisian setempat.