REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Road Safety Association (RSA) Indonesia, Edo Rusyanto mengatakan, dalam sepuluh tahun terakhir Indonesia harus kehilangan 220 ribu lebih jiwa anak bangsa di jalan raya. Mereka bergelimpangan lantaran kecelakaan lalu lintas jalan, Jumat, (14/11).
Tak kurang dari satu juta anak negeri, ujar Edo, menderita luka-luka dari petaka jalan raya tersebut. Sebanyak 41% dari korban tersebut harus menderita luka berat sehingga tak mampu menjalankan pekerjaan.
Korban ada yang kehilangan salah satu pancaindra. Bahkan mereka menderita cacat berat atau lumpuh.
Mayoritas keluarga korban kecelakaan harus terganggu finansialnya. Keluarga yang ditinggalkan oleh penyangga tiang ekonomi harus pontang-panting membangun ekonomi mereka.
“Pertanyaannya, bagaimana dengan masa depan anak-anak mereka? Ini harus dipikirkan," katanya.
RSA Indonesia lantas mengajak seluruh rakyat Indonesia merenung sejenak akan kebengisan sang jagal jalan raya. Bagaimana kecelakaan mencabik-cabik kehidupan keluarga yang ditinggalkan.
Kecelakaan, lanjut Edo, juga merenggut jiwa anak-anak negeri yang kemungkinan menjadi penerus bangsa dan negara. Mereka bisa jadi adalah calon pemimpin bangsa, calon intelektual, bahkan bisa jadi mereka adalah calon penegak hukum yang bersih dan berwibawa.