Sabtu 15 Nov 2014 04:24 WIB

Ketua KPK: Instansi Pemerintah Perlu Buat Kode Perilaku

Ketua KPK Abraham Samad
Foto: Republika/Aditya P
Ketua KPK Abraham Samad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi Pemberantasan Korupsi mendorong instansi pemerintah baik pusat maupun daerah membuat kode perilaku sebagai acuan melaksanakan tugas aparatur negara dalam rangka mencegah praktik korupsi.

"Kalau di KPK kode perilaku yang dibuat sangat ketat dan menganut sistem "zero tolerance" atau tidak ada toleransi terhadap pelanggaran," kata Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad di Jakarta, Jumat (14/11).

Ia menyampaikan hal itu dalam sambutannya pada acara penandatanganan pernyataan komitmen pencegahan korupsi di lingkungan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB).

Abraham mengatakan kode perilaku akan menjadi acuan dalam bertindak bagi seluruh jajaran aparatur pemerintah sebagai upaya mencegah budaya korupsi.

Ia menceritakan salah satu bentuk kode perilaku yang diterapkan di KPK adalah tidak memanfaatkan perjalanan dinas untuk kepentingan pribadi.

"Misalnya ketika mendapat tugas menghadiri acara KPK ke Bali, maka semua biaya akan ditanggung negara termasuk penginapan, jika saya membawa istri menginap di hotel bagi KPK itu adalah pelanggaran berat," kata dia.

Ia mengatakan mungkin bagi instansi lain tidak ada persoalan namun di KPK diterapkan kode perilaku yang ketat karena merupakan model percontohan bagi instansi lain.

Abraham menambahkan kode perilaku jika telah terbiasa akan menjadi budaya kerja dalam sistem yang baik, sehingga siapa pun yang bergabung walaupun berasal dari latar belakang yang berbeda akan dapat beradaptasi dengan iklim kerja yang mengedepankan semangat integritas.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement