REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diputuskan pemerintahan Jokowi-JK dinilai sangat berani. Bahkan, beberapa pengusaha mengapresiasi keputusan yang telah dilakukan Jokowi.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Franky Sibarani mengatakan, penetuan kenaikan harga BBM Rp 2.000 sangat tepat. Meski, pihak Apindo pernah mengusulkan kenaikan BBM hingga Rp 3.000.
"Kami pernah mengusulkan Presiden Jokowi untuk naikkan harga BBM sampai Rp 3.000," kata Franky saat dihubungi Republika pada Selasa (18/11).
Menurutnya, Apindo pernah mengusulkan tersebut pada 20 September lalu. Ini dilakukan agar pemasukan ke sektor ekonomi negara juga cukup. Kenaikan BBM hingga Rp 2.000 sudah tepat meski usulan Apindo belum bisa terealisasikan.
Penentuan ini dinyatakan pasti bukan tanpa alasan. Menurutnya, ada banyak hal yang melatarbelakangi adanya kenaikan BBM. Terkait tidak terealisasikannya usulan Apindo, kata franky, Apindo tetap menerima keputusan pemerintah.
"Pemerintah pasti sudah menyesuaikan dengan situasi dan kondisi juga hingga tidak merealisasikan usulan kami," kata Franky.
Ia menjelaskan, kondisi dan situasi belakangan ini bisa menjadi faktor kuat atas penetuan harga tersebut. Pertama, menurut Franky, harga minyak dunia sudah turun. "80 dolar AS per barel," katanya. Namun di lain sisi, saat ini iklim dunia sedang lesu.
Selain itu, kegiatan ekspor dan pembangunan di Indonesia pun dalam keadaan menurun. Ia juga menambahkan, faktor yang mempengaruhi penentuan harga BBM tersebut karena kurangnya kekuatan perdagangan antar negara saat ini. Franky mengungkapkan, daya jual di dalam negeri sangat kurang pun menjadi faktor yang melatarbelakangi penetuan harga BBm tersebut.