REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Albertus Patty, menjelaskan paradigma kristenisasi kedua. Dalam hal ini, kristenisasi memandang penginjilan sebagai dakwah holistik.
Artinya, dakwah ditujukan bukan hanya kepada umat Kristen, melainkan seluruh manusia tanpa memandang identitas suku maupun agamanya. Namun, kata Albertus, yang penting dicatat, tujuan paradigma ini adalah kemanusiaan atau tidak mengutamakan perbanyakan jumlah kuantitatif pemeluk agama Kristen. "Paradigma inilah yang kini banyak dipakai oleh gereja-gereja," ungkap Albertus Patty.
Terkait aturan dari pemerintah yang menegaskan, baik pendakwah maupun umat yang didakwahi mesti beragama sama, Albertus Patty berpendapat. Secara umum, umat agama lain, seperti Islam, juga secara tidak langsung melakukan dakwah yang serupa kepada pemeluk selainnya. Misalnya, kata Albertus, suara adzan yang didengar oleh tidak hanya umat Islam di sekitaran masjid. "Kita lihat sendiri, hal ini ditanggapi biasa saja oleh umat non-Islam," ujar Albertus Patty.
Maka, Albertus menyatakan, perlu kedewasaan dari masyarakat sendiri terkait misi dakwah kepada pemeluk agama yang berbeda. Selain itu, yang urgen adalah, tiap penyebarluasan dakwah tidak pertama-tama direspons dengan emosi. "Sepanjang penginjilan itu tidak dengan kekerasan. Toh masyarakat kita sudah bersikap dewasa," pungkas Albertus Patty.