REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Inovasi dan perubahan diperlukan oleh pemerintah atau perusahaan agar dapat bertahan hidup di tengah berbagai persoalan yang dihadapi Indonesia. Hal tersebut diungkapkan Guru Besar Sekolah Bisnis dan Manajemen ITB Kuntoro Mangkusubroto di Jakarta, Selasa (25/11).
"Ada sebuah filosofi change or die (berubah atau mati), tetapi melakukan perubahan juga bukan sesuatu yang mudah," katanya dalam seminar bertajuk "Gamechanger: Championing a Better Indonesia".
Kuntoro mengatakan jarang sekali perubahan datang dari dalam diri manusia, selalu harus ada pukulan dari luar agar orang tersebut bereaksi, dan prinsipnya, manusia bersifat reaktif dan bahkan tidak pernah proaktif.
"Begitu juga dengan pemerintah kita yang susah sekali berubah. Misalnya, memperkenalkan demokrasi sekaligus desentralisasi merupakan kesalahan besar," kata mantan menteri pertambangan dan energi itu.
Ia mengatakan dalam demokrasi semua orang mempunyai hak untuk menyatakan pendapat, sementara desentralisasi ada bagi-bagi kekuasaan ke daerah-daerah.
"Celakanya, kita membaginya ke daerah tingkat dua yakni kabupaten, bukan provinsinya. Apa yang terjadi? Saat ini kita berurusan dengan 500 kabupaten dengan otonomi dan otoritasnya masing-masing," ujarnya.
Selain itu, Kuntoro mengatakan bahwa pemerintahan saat ini tidak hanya menghadapi berbagai tantangan tradisional seperti sektor-sektor pendidikan, kesehatan atau infrastruktur, tetapi juga sejumlah tantangan modern, seperti perubahan iklim, energi terbarukan atau tetorisme.
"Jadi kita tidak bisa lagi menyelesaikan masalah-masalah ini dengan cara-cara lama, harus dengan cara modern juga, yang memerlukan inovasi dan perubahan," ujarnya.