Sabtu 29 Nov 2014 19:57 WIB

Industri Karet Sumut Semakin Kekurangan Bahan Baku

Petani menyadap pohon karet (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Garifianto
Petani menyadap pohon karet (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Perusahaan industri pengolahan karet di Sumatera Utara terus mengurangi jam kerja akibat semakin sulitnya mendapatkan bahan baku menyusul anjloknya harga jual komoditas itu.

"Ada pabrik yang mengurangi jam kerja dari tiga shift menjadi dua shift dan bahkan hingga satu shift dan ada yang hanya beroperasi tidak penuh dalam seminggu,"kata Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Sabtu.

Pengurangan operasional pabrik dilakukan karena ketiadaan atau kekurangan bahan baku.

Bahan baku atau bahan olah karet (bokar) itu sendiri dampak petani tidak mau menyadap getah karetnya dengan alasan harga jual yang sangat tidak menguntungkan.

Harga karet yang di petani hanya tinggal Rp5.000 -Rp6.000 per kg membuat warga lebih memilih usaha lain seperti jadi buruh bangun, menarik beca dan menjadi supir angkutan.

"Kondisi itu dikhawatirkan terus berlangsung karena ada prediksi harga ekspor karet tetap rendah menyusul melemahnya harga minyak mentah di pasar dunia," katanya.

Harga minyak jenis WTI turun pada 27 November turun 5,13 dolar AS menjadi 68,56 dolar AS per barel untuk kontrak Januari 2015.

Akibatnya harga karet SIR 20 pada 28 November ikut tertekan lagi.

Untuk pengapalan Desember 2014, harga SIR 20 tinggal 1, 517 dolar AS per kg sehingga di pabrikan Sumut juga menurun menjadi Rp15.089-Rp16.089 per kg.

Petani karet dari Rantauprapat, K.Siregar mengaku sudah enam bulan lebih meninggalkan kebun karetnya dan beralih menjadi supir cadangan pada angkutan luar kota dari Medan.

"Harga karet sudah tidak bisa diandalkan lagi untuk memenuhi kebutuhan hidup.Untuk menghidupi keluarga, semua kerjaan dilakukan seperti jadi supir cadangan dan termasuk menjual harta yang ada,"katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement