REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Suasana panas cukup berasa di arena Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar. Jika tidak terkendali bukan tidak mungkin akan terjadi 'pecah perang' antara massa yang menolak munas melawan petugas pengamanan dan pendukung Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical).
Suasana mencekam sudah terlihat di seputar arena munas di Hotel Westine Resort Nusa Dua Bali. Petugas pengamanan yang terdiri dari sejumlah organisasi massa dan pecalang terlihat menjaga ketat area munas. Dengan menggunakan seragam baju adat serta baju hitam lainnya, mereka terlihat sangat bersiaga. Tanda pengenal yang mereka gunakan adalah pita merah putih yang terlilit di tangan mereka.
Para lelaki yang mayoritas didominasi laki-laki berbadan tegap dan bertato ini, ada yang membawa membawa kayu yang dililit bendera Golkar, potongan kayu, hingga bambu. Tidak terkonfirmasi apakah benda-benda di tangan mereka ini digunakan sebagai senjata atau digunakan untuk kepentingan lain.
Sementara itu, sekelompok massa yang menolak munas juga sudah muncul di sana. Dengan menggunakan puluhan bus, ratusan massa hendak bergerak ke lokasi enyelenggaraan munas. Namun upaya itu dicegah oleh polisi. Beberapa massa tersebut kemudian merusak baliho munas yang ada di sana.
Sejumlah pecalang pun bereaksi dengan adanya gerakan massa tersebut. Ada yang melakukan patroli ke lokasi tempat massa berusaha masuk. Sebagian lagi, pecalang yang tadinya duduk-duduk di sekitar hotel Westin, kemudian bersiap dan berjaga tepat di gerbang masuk.
Hingga kini, massa penolak munas masih bertahan agak jauh dari lokasi munas. Sementara petugas keamanan dan pecalang juga masih bersiap siaga. Jika massa penolak munas ini bergerak dan memaksa masuk lokasi munas, bisa dipastikan 'pecah perang' takkan bisa dihindarkan lagi.