REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Setiap tahun, ada sekitar 160 ribu remaja Australia yang melakukan pelanggaran hukum dan berakhir dalam sistem peradilan pidana anak Australia.
Para remaja Australia pelaku pelanggaran hukum itu rata-rata berusia antara 12 - 14 tahun itu menerima beragam hukuman mulai dari sanksi hukuman tanpa pengawasan, Sanksi hukuman berbasis masyarakat atau ditempatkan dalam program dukungan. Namun, sisanya banyak yang berakhir di tahanan.
Data statistik pemerintah menunjukan tahanan yang berusia lebih muda cenderung akan kembali terlibat pelanggaran hukum dan akan dipenjarakan kembali ketimbang tahanan yang berusia lebih tua.
Dalam kurun waktu sepuluh tahun setelah meninggalkan penjara, tingkat pemenjaraan kembali remaja yang ketika dilepaskan dari penjara sedang berusia 17-19 tahun mencapai 61 persen, dibandingkan dengan tahanan yang ketika dibebaskan berusia 35 tahun keatas yang hanya sebesar 23%.
Tiga remaja, Nick, Ahmed dan Roger berbagi kisah tentang pengalaman mereka bersentuhan dengan sistem peradilan pidana remaja dan apa yang menyebabkan pelaku pidana remaja seperti mereka cenderungkembali dipenjarakan.
Cerita Nick, pentingnya teman berbagi
Nick saat ini berusia 19 tahun, pada awal masa remajanya dia sudah menjadi pengguna rutin obat-obatan dan menjadi pecandu metampetamin atau narkoba. Narkoba dan perilakunya telah menghancurkan hubungannya dengan keluarga dan teman dan akhirnya diusir dari rumahnya di Melbourne.
Nick didakwa melakukan penyerangan pada usia 19 tahun dan diberikan kesempatan kedua, dia diizinkan menjalani program pengalihan selama tiga bulan bukan dipenjarakan. "Saya terlibat pertengkaran dengan ayah tiri, dan saya sampai pada titik dimana perkelahian tidak bisa terhindarkan. Saya terkena pukulan dan saya tidak terima sehingga saya membalas, dan akhirnya ayah tiri saya masuk ke rumah sakit," tutur Nick belum lama ini.
Setelah insiden itu Nick ditangkap dan berakhir diadili di pengadilan pada pekan berikutnya. "Pengadilan magistrasi pada dasarnya menyatakan, 'Sebaiknya kamu perbaiki perilaku kamu atau kau terpaksa dipenjarakan," katanya.
"Hati saya berdegup kencang dan tidak ada perasaan yang lebih buruk daripada tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada saya. Rasanya sangat tidak enak membayangkan polisi datang dan menangkap saya dan membawa saya ke penjaram, tidak ada perasaan yang lebih buruk dari itu," katanya lagi.
"Saya sempat hendak menangis ketika mendengar hakim memberikan saya kesempatan kedua, saya mual karena bahagia, namun putusan itu hanya mengurangi sedikit dari beban di pundak saya karena bisa memiliki kesempatan lain."
Nick kemudian dikirim menjalani program pengalihan remaja di Youth Junction selama 3 bulan, dimana dia bekerja bersama Dale untuk memperbaiki perilakunya dan membantunya sembuh dari ketergantungan narkoba. "Saya nyaris kambuh lagi, saya sempat mengkonsumsi ganja, tapi saya kemudian menelpon Dale dan mengaku dirinya nyaris 'relaps' atau kambuh dari kebiasaannya," kata Nick.
"Dan dia mengatakan :"pikirkan apa dampak yang akan terjadi pada dirimu, apakah hal baik yang diberikan narkoba untukmu"
"Saya memikirkan kata-katanya dan tidak mendapati hal baik dari narkoba untuk saya,"
Nick batal kambuh dari kecanduannya terhadap narkoba karena dia punya seseorang yang bisa diajak berbicara. "Dale ada untuk saya, dia bisa berbicara dengan saya dan itu sangat membantu," tutur Nick
Cerita Roger, teman sel yang memberi semangat
Roger Antochi berusia 32 tahun dan besar di pinggiran Kota Sydney dengan orang tuanya yang juga pecandu judi dan pelaku kriminal. Pada usia 14 tahun dia menjadi tunawisma dan menjadi pecandu sabu pada usi 16 tahun dan dipenjarakan pada usia 18 tahun.
"Saya hidup di jalanan dan besar di jalanan, saya tetap bersekolah agar tetap memiliki tempat berteduh, saya contoh sempurna untuk produk yang dihasilkan dari sistem peradilan kenakalan remaja.
Kecanduannya pada sabu mendorongnya melakukan sejumlah kejahatan yang kemudian menyeretnya ditahan di unit remaja di penjara Port Phillip selama 2,5 tahun. Setelah itu Roger dua kali dipenjarakan kembali.
"Sebelumnya saya pernah menjalani hukuman 3,5 tahun di penjara New South Wales dan saya saat ini sedang menjalani hukuman 2,5 tahun di Victoria"
"Genap 6 tahun saya hidup di penjara, ulang tahun saya yang ke 19, 20, dan 21 tahun semua saya lewatkan dibalik jeruji penjara, natal, paskah semua seperti hari yang sama saja di penjara,"
Roger mengaku saat ini dirnya merasa depresi, marah dan hendak bunuh diri. Dia kecewa dengan sistem, dengan dirinya sendiri, dia merasa sistem telah mengecewakannya. Beruntung dia memiliki teman sel yang kemudian menjadi mentornya.
"Saya ingat saya menaruh tas saya di tempat tidur penjara dan duduk disana dan mengasihani diri sendiri. Kemudian saya mendengar ketukan dipintu sel dan mendapat rekan satu sel menggunakan baju berwarna hijau,"
Rekan satu selnya itu belakangan menjadi mentornya di unit remaja,
"Dia masuk dan langsung menyapa saya..bagaimana perjalanan kamu?"
"Untuk pertama kali dalam hidup saya, 22 tahun, ada seseorang yang menanya saya bagaimana perjalanan hidup saya selama ini," kata Roger terharu.
"Saya tidak pernah mendapat kesempatan dalam hidup saya sampai saya tiba di unit penjara remaja Port Philips ini. Dan itu merupakan pukulan besar, saya sangat sedih tapi itu realitas yang harus saya hadapi,"
Kisah Ahmed, tetap semangat mengejar cita-cita
Ahmed berusia 27 tahun dan dia memiliki lima saudara kandung dan dibesarkan oleh ibunya di Melbourne setelah ayahnya pergi ketika ia baru berusia 3 tahun.
Pada usia 15 tahun Ahmed mulai terlibat masalah, seperti merusak mobil orang, mencuri, menggunakan narkoba dan alkohol. Hingga akhirnya pada usia 19 tahun, Ahmad dihukum 19 bulan di penjara remaja karena merampok dan melakukan penyerangan ketika mabuk.
"Saya terlibat dengan kelompok yang salah, saya tidak bisa menyebutkan namanya karena mereka sekelompok orang yang tumbuh besar bersama saya sejak kecil"
"Semua berawal dari masalah kecil, kemudian meningkat dan saya masih anak-anak ketika itu jadi tidak banyak memikirkan dampaknya,"
"Saya mulai banyak mengkonsumsi minuman keras dan merokok ganja."
Sejak itu Ahmed mulai berperilaku buruk, seperti berkelahi di jalan.
"Saya tumbuh besar tanpa figur ayah, ibu saya hebat sekali dia baik tapi dia tidak bisa menjalankan dua peran sekaligus, ia sangat tertekan"
"Saya memperhatikan rekan-rekan saya di penjara dan mereka seperti tidak punya masa depan. dan yang menyongsong kami di depan sangat tidak mengenakan itu membuat saya takut,"
"Jika saya bebas, ada banyak sekali tanggung jawab yang harus saya pikul. saya tahu ini merupakan titik dimana saya harus tegar dan mendapatkan pekerjaan dan bekerja,"
Ahmed sekarang sedang mempelajari fitness.
"Saya selalu ingin menjadi pelatih pribadi. saya selalu memiliki kesukaan pada industri fitnes dan saya akhirnya mengambil kursus fitnes,"
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer:
Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement