Selasa 09 Dec 2014 17:50 WIB

Pembicaraan Damai Ukraina Masih Diragukan

Rep: Gita Amanda/ Red: Winda Destiana Putri
Konflik Ukraina
Foto: AP
Konflik Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Pihak berwenang di Minsk mengatakan, mereka belum menerima konfirmasi baik dari pemerintah Ukraina maupun separatis mengenai kehadiran dalam pembicaraan damai terbaru.

Padahal pembicaraan rencananya digelar Selasa (9/12) ini.

BBC News mengutip laporan media Rusia mengatakan, pembicaraan akan digelar pada Jumat (12/12) sebagai gantinya. Namun belum ada konfirmasi lebih lanjut terkait pembicaraan Jumat.

Perjanjian Minsk sebelumnya yang digelar pada September, memproyeksikan zona penyangga militer sejauh 30 km di timur.  Namun pemberontak yang menguasai Luhansk dan Donetsk menolak mengakui zona penyangga.

Bentrokan masih terus terjadi, meski kesepakatan gencatan senjata telah dicapai. Hampir setiap hari baku tembak terjadi, meninggalkan ratusan orang tewas.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko sendiri melakukan perjalanan ke Singapura pada Selasa. Ini berarti ia tak akan hadir dalam pembicaraan damai di Minsk.

Namun militer Ukraina berjanji melakukan aksi Hari Berdiam Diri pada Selasa, dalam upaya mendukung gencatan senjata lanjutan. Kantor berita Interfax Ukraina mengatakan, tentara menghentikan semua operasi anti-teror. Separatis pro-Rusia juga telah meletakan senjata mereka pada pukul 09.00 waktu setempat di timur Ukraina.

Krisis Ukraina dimulai setahun lalu, saat Presiden Viktor Yanukovich lebih mendukung kerjasama dengan Rusia dibanding dengan Uni Eropa. Keputusan ini memicu protes di Kiev, yang akhirnya menggulingkan Yanukovich pada Februari.

Pekan-pekan berikutnya, Rusia menganeksasi Crimea di selatan Ukraina. Sementara itu separatis menguasai Donetsk dan Luhansk, dan menyatakan kemerdekaan.

Krisis Ukraina telah menyebabkan keretakan serius antar Rusia dan Ukraina yang didukung Barat. Sejak konflik di timur Ukraina dimulai pada April, PBB menyatakan lebih dari 4.300 orang telah tewas dan hampir satu juta orang mengungsi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement