Sabtu 13 Dec 2014 08:10 WIB

Peneliti Amerika Soroti Kebijakan Alih Subsidi BBM Jokowi

Rep: C92/ Red: Winda Destiana Putri
Harga BBM Subsidi Dari Mega Hingga Jokowi
Harga BBM Subsidi Dari Mega Hingga Jokowi

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tiga peneliti Amerika menyoroti kebijakan alih subsidi yang diterapkan Jokowi sebulan lalu.

Dalam sebuah artikel yang dituliskan di website internal mereka disebutkan, meski memicu protes, kebijakan itu menyebabkan peningkatan pasar saham negara, nilai mata uang menguat, dan imbal balik obligasi turun hanya dalam beberapa pekan sejak diumumkan.

"Kebijakan Widodo ini merupakan langkah besar untuk menempatkan ekonomi Indonesia pada jalur pertumbuhan yang lebih adil dan berkelanjutan,” demikian tertulis dalam artikel berjudul Replacing Subsidies with Investment: Lessons from Jakarta tersebut.

Dalam artikel tersebut disebutkan ada pelajaran bagi para pemimpin ekonomi AS dari perubahan kebijakan dan reaksi pasar ini. Selama bertahun-tahun Indonesia disebutkan memiliki harga bahan bakar terendah se-Asia Tenggara akibat subsidi yang diberikan untuk menekan biaya transportasi dan semua biaya bergerak. Meski kebijakan ini menyebabkan harga lebih rendah di semua sektor perekonomian, investasi dan pertumbuhan ekonomi berjalan sangat lamban.

Selanjutnya disebutkan kebijakan Jokowi mengalihkan dana untuk perbaikan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan meningkatkan potensi produktivitas negara dan potensi pendapatan warga. Jokowi dianggap mempertaruhkan bahwa keuntungan jangka panjang demi pertumbuhan ekonomi yang lebih wajar dan berkelanjutan lebih bermanfaat ketimbang keuntungan jangka pendek.  Pertimbangan ini dinilai sesuai dengan ekspektasi pasar saat ini. Sebab, perusahaan dan investor cenderung lebih memperhatikan tempat yang produktif dan kaya dalam jangka panjang ketimbang keterjangkauannya saat ini.

Meskipun Indonesia dan Amerika Serikat berbeda, dikatakan bahwa kedua negara ini menghadapi pilihan yang sama antara pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat atau pertumbuhan yang lebih wajar. Seperti Indonesia, kondisi ekonomi di kota-kota besar Amerika Serikat (AS) terhambat karena adanya krisis global. Ekonomi AS meningkat cukup mengesankan di angka 3,9 pada kuartal ketiga tahun ini. Namun, pendapatan mayoritas warganya tidak secepat pertumbuhan ekonomi negara. Banyak orang, baik di Indonesia maupun AS, jatuh miskin akibat krisis.

Di akhir tulisannya, para peneliti ini mengatakan, investasi jangka panjang seperti yang dilakukan Jokowi mungkin bukan kebijakan yang “seksi”. Namun, ini dinilai lebih bermanfaat bagi masyarakat maupun perusahaan karena dapat membuat ekonomi lokal lebih produktif dan atraktif selama bertahun-tahun mendatang.

Artikel tersebut ditulis oleh tiga peneliti, yaitu Richard Shearer, Owen Washburn, dan Amy Liu. Ketiganya merupakan peneliti senior dari Program Kebijakan Metropolitan Brooking Institution. Dalam websitenya, Brooking Institution menyatakan sebagai lembaga kebijakan publik nonprofit yang bertempat di Washington. Institusi ini bertujuan menyelenggarakan penelitian independen dan berkualitas dan memberikan rekomendasi praktis dan innovatif.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement