Rabu 17 Dec 2014 16:13 WIB

Komisi II akan Undang SBY Terkait Revisi Perppu Pilkada

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden SBY tanda tangani Perppu Pilkada langsung.
Foto: @SBYudhoyono
Presiden SBY tanda tangani Perppu Pilkada langsung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komisi II DPR akan merevisi Perppu Pilkada yang dikeluarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) begitu telah disahkan menjadi undang-undang oleh DPR. Mereka juga berencana memanggil mantan Menteri Dalam Negeri, Gamawan Fauzi dan SBY untuk dimintai pendapat. 

"Kami juga akan mengundang pemerintahan lama. Mendagri dan mungkin Pak SBY," kata Wakil Ketua Komisi II DPR, Riza Patria kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Rabu (17/12).

Riza mengatakan sebelumnya Komisi II juga telah memintai masukan dari Bawaslu, KPU, dan para pakar hukum terkait Perppu Pilkada. Masukan itu, imbuh Riza, sedang dielaborasi para anggota Komisi II dengan memintai pendapat masyarakat. "Apa menjadi harapan masyarakat apakah ingin pilkada langsung atau tidak langsung," ujar Riza.

Fraksi Partai Gerindra memastikan akan mendukung revisi materi dalam Perppu Pilkada. Riza mengatakan masih banyak sejumlah persoalan yang terdapat dalam Perppu Pilkada. Persoalan itu misalnya terkait perlunya pengajuan kepala daerah dalam satu paket dengan wakil kepala daerah. Kemudian mengenai wakil gubernur yang secara otomatis naik pangkat menjadi gubernur ketika terjadi kekosongan posisi gubernur.

"Gerindra memandang pasangan paket kepala daerah penting. Jangan sampai wakil gubernur ke depan hanya menjadi ban serep dan pelengkap penguasa saat itu," katanya.

Belum lagi soal sanksi dari KPU yang belum diakomodir. Terakhir tentang usulan 10 perbaikan pilkada langsung yang belum sepenuhnya dipenuhi dalam Perppu Pilkada. "Jadi perppu bukan hanya soal pilkada langsung dan tidak langsung," katanya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement