REPUBLIKA.CO.ID, Pemenang Oscar George Clooney mengkritik bintang-bintang Hollywood yang tidak mendukung Sony Pictures setelah serangan cyber pada perusahaan tersebut atas film komedi "The Interview" yang bercerita tentang pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un.
Sony pada hari Rabu menarik film yang akan rilis pada hari Natal tersebut setelah beberpa bioskop mengatakan tidak akan memutar film ini karena ancaman yang dilakukan oleh hacker. Clooney, dalam sebuah wawancara pada hari Jumat (19/12) dengan situs Deadline.com, seperti yang ditulis Reuters, mengatakan tidak ada tokoh-tokoh Hollywood yang menandatangani petisi yang ia buat bersama rekannya untuk mendukung peluncuran film tersebut.
Aktor sekaligus sutradara yang pernah menyutradarai dua judul film Sonny juga mengkritik media karena gagal untuk menghubungkan serangan cyber tersebut dengan Korea Utara. Amerika Serikat sendiri pada hari Jumat mengaku bertanggung jawab atas serangan maya yang mereka sebut sebagai suatu tindakan intimidasi yang tidak dapat diterima dan berjanji akan memberikan "konsekuensi" kepada mereka yang bertanggung jawab atas kasus ini.
"Kita bicara tentang keputusan negara mengenai konten apa yang akan kita miliki. Ini mempengaruhi setiap bagian dari bisnis yang kita miliki," kata Clooney. "Kita tidak bisa mengatakan kita tidak bisa melihat sesuatu tentang Kim Jong Un," lanjutnya.
Dalam serangan cyber pada Sony dan karyawannya, hacker merilis rangkaian email yang memalukan dan menuntut rilis film itu dibatalkan.
Clooney menambahkan, "Kami memiliki tanggung jawab untuk berdiri melawan ini. Bukan hanya Sony, tapi kita semua, termasuk teman-teman baik saya di pers yang memiliki tanggung jawab untuk bertanya kepada diri mereka. Apa yang penting? Cerita apa yang penting untuk diangkat?".
Cakupan berita yang diangkat oleh media dalam kasus serangan maya tersebut sebagian besar fokus kepada isi bocoran email antara karyawan Sony dan produser film.
Clooney, yang memenangkan Oscar untuk Aktor Terbaik dalam Peran Pendukung untuk film "Syriana" pada tahun 2005 dan Best Picture untuk "Argo" pada tahun 2012, mengatakan ia khawatir tentang konten dalam film yang saat ini akan dinilai secara berbeda.
"Film yang kita buat adalah film-film dengan konten yang menantang, dan saya tidak ingin melihat itu semua hanya dalam film superhero," katanya.
"Tidak ada yang salah dengan film superhero, tapi tidak ada salahnya membiarkan orang-orang untuk memiliki pilihan film lain," tambahnya.