Selasa 23 Dec 2014 12:09 WIB

Muhammadiyah: Pemerintah Dikritik, Masyarakat Ingin Rasakan Hasil Kerja Nyata

Rep: Aghia Kumaesi/ Red: Agung Sasongko
Anak berdoa.  (ilustrasi)
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Anak berdoa. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Muhammadiyah, Abdul Mu'ti menilai umat Islam harus lebih arif dalam membaca pemberitaan media massa guna menghindari  penyikapan sesuatu secara keliru.  Hendaknya masyarakat juga tidak mencari-cari apalagi menyebarkan potensial yang bisa memecah masyarakat. Salah satunya dengan menyebar isu-isu yang tidak substantif.

"Perlu diklarifikasi kebenaran dari berita-berita yang berkembang di media massa. Misalnya soal doa itukan berbeda maksud dengan keinginan asli Mendikbud yang saya baca dalam wawancaranya di Republika,"jelasnya, Selasa (23/12).

Menurutnya, jika memang ada kebijakan yang meminggirkan umat Islam harus disikapi secara arif dan santun. Dengan Upaya komuniksi dan dialog bersama para pengambil kebijakan.

Sebab jika emosional, maka justru akan timbul hal negatif seperti perpecahan yang dampaknya pada bangsa secara keseluruhan. Terutama pada umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas Indonesia. "Kalau perpecahan, yang paling merugi itu umat Islam karena mayoritas jadi yang merasakan kuantitatif kerugiannya adalah umat islam begitu juga sebaliknya,"kata Mu'ti.