Ahad 28 Dec 2014 13:59 WIB

Premium Dihapus, Pengusaha SPBU Lokal Bakal Terpukul

Rep: C16/ Red: Bayu Hermawan
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Tahun 2015 Premium Tidak Bersubsidi: Petugas mengisi bahan bakar minyak (BBM) jenis premium di SPBU, Jakarta, Jumat (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gebrakan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri yang akan meniadakan bahan bakar minyak (BBM) jenis premium, diperkirakan banyak pihak akan membuat pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) lokal terpukul.

"SPBU lokal akan terpukul karena tidak akan mampu bersaing dengan  SPBU asing" kata Bendahara Pimpinan Pusat Muhammadiyah Anwar Abbas kepada ROL, Ahad (28/12).

Menurutnya jika gagasan Faisal Basri ini benar-benar direalisasikan, maka bahan bakar minyak yang akan dijual di pasar adalah ron 92 (pertamax), dan ron 95 yg dijual di SPBU asing. Ia mengungkapkan harga antara ron 92 (pertamax) dengan ron 95 sudah pasti akan sangat kompetitif.

Anwas melanjutkan,pada waktunya nanti ron 92 tidak akan mampu bersaing karena banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Sehingga nasib 5300 SPBU milik lokal akan terancam.

Ia mengatakan, dengan dihapusnya ron 88 maka berarti produk yg dijual pertamina tidak lagi ada perbedaan. Karena,sudah sama atau hampir sama dg produk yg dijual di SPBU asing seperti Shell dan Total. Menurutnya yang harus dipikirkan Faisal adalah bagaimana melindungi rakyat dan pengusaha lokal.

"Jangan hanya mempertimbangkan aspek harga saja" ujarnya.

Anwar menambahkan, dengan adanya premium pemerintah seharusnya bisa menjadikan produk tersebut sebagai instrument untuk melindungi rakyat dan pengusaha lokal. Kalau masalah pembentukan harga ron 88 selama ini gelap.

"Maka sudah menjadi tugas tim untuk memperjelas apa yang selama ini gelap agar kehadiran premium ini bisa memberikan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi rakyat," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement