REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima Komando Daerah Militer Jaya Mayjen Agus Sutomo mengataka, kawasan Batalyon Siliwangi di Cililitan, Jakarta Timur, akan dibangun rumah susun untuk prajurit aktif karena lahan tersebut merupakan milik Kodam Jaya.
"Kita sudah menyiapkan rumah kontrakan yang biayanya ditanggung Kodam Jaya berupa uang kontrakan selama sebulan," kata Pangdam Jaya menanggapi perlawanan penggusuran oleh warga Komplek Batalyon Siliwangi, di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (8/1).
Selain itu untuk pemindahan dan angkutan ke rumah yang baru akan dibantu anggota TNI.
Menurut Agus, memang sudah sepatutnya tanah milik Kodam maupun TNI diberikan kepada yang berhak, yakni prajurit TNI yang aktif mengingat TNI kekurangan lahan untuk rumah dinas bagi prajuritnya.
"Banyak prajurit Kodam Jaya yang rumahnya jauh, ngontrak pula. Mereka harus pergi pagi-pagi ke tempat kerjanya. Tak jarang juga ada yang mengalami kecelakaan. Maka dari itu kita sedang usahakan rumah dinas yang layak, yang dekat dengan Kodam agar memudahkan dan menyejahterakan para prajurit," tuturnya.
Mantan danjen Kopassus tersebut juga mengetahui tak banyak pensiunan TNI yang menempati rumah dinas di Cililitan tersebut. "Dari 400 orang warga, hanya 80 orang yang keluarga pensiunan, sisanya adalah warga sipil. Lagipula rumah disitu akhirnya dijadikan usaha kontrakan. Jadi ingin kami tertibkan," tutur Agus.
Selain itu, lanjut dia, kini kompleks Batalyon Siliwangi telah tumbuh subur praktik judi dan sarang peredaran narkoba.
"Setelah kami telusuri, ternyata di kawasan itu tumbuh subur perjudian, minuman keras, dan narkoba. Jadi kawasan itu sudah berubah fungsi jadi sarang judi, minuman keras, dan narkoba. Maka dari itu kami tertibkan saat ini," katanya.
Pihak Kodam Jaya telah melakukan operasi pemberantasan narkoba pada pertengahan Desember lalu dan mengamankan para pengedar narkoba berikut barang buktinya.
"Pada 19 Desember lalu, kita bersama Polres Jakarta Timur melakukan operasi penertiban. Hasilnya diamankan 8 orang yang memunyai beberapa paket sabu, ganja dan alat hisap atau bong. Selanjutnya kami serahkan kasusnya ke Polres Jakarta Tinur," lanjutnya.
Dia mengaku telah melakukan upaya kekeluargaan kepada 400 warga Batalyon Siliwangi dengan berbagai pendekatan, namun ditolak keras oleh warga.
"Kita sudah upayakan persuasif. Saya datang kesana dengan bagi-bagi sembako. Kita datang baik-baik, tapi apa yang kita dapat, kita ditolak dengan keras. Saya tanya ada apa ini? Kenapa warga begitu keras menolak?' Ternyata setelah ditelusuri tempat itu sudah tumbuh subur perjudian, mabuk-mabukan dan narkoba," ujarnya.