Kamis 08 Jan 2015 15:01 WIB

Yorrys: Manajemen Golkar Kubu Ical Amburadul

Rep: C08/ Red: Bayu Hermawan
Politikus Golkar Yorrys Raweyai.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Politikus Golkar Yorrys Raweyai.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Golkar kubu Agung Laksono, Yorrys Raweyai mengatakan manajemen Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie (Ical) amburadul. Sebab menurutnya mekanisme yang dijalankan oleh kubu Ical, banyak tidak sesuai dengan tatanan yang diatur oleh sebuah organisasi.

Ia mencontohkan, salah satunya adalah aturan berbicara yang tidak jelas dari kubu Ical. Yorrys merujuk kepada Bendahara Umum Partai Golkar kubu Ical, Bambang Soesatyo dan Ketua DPP Tantowi Yahya yang sering melontarkan pernyataan tanpa instruksi dari DPP kubu Ical, terkait upaya islah kedua kubu.

"Bambang bilang gak usah lanjut. Dia itu siapa. Yang penting juru runding. Tantowi juga bukan juru runding. Kubu Aburizal ini manajemen nya amburadul. Semua nya boleh ngomong," katanya di kantor DPP Partai Golkar, Slipi Jakarta Barat, Kamis (8/1).

Yorrys mengatakan hal seperti itu tidak ada di pengurusan DPP kubunya. Kubu Agung kata mantan anggota Banggar DPR-RI ini mempunya mekanisme yang jelas, terutama soal apa dan siapa saja yang berhak melontarkan statmen.

"Kalau kita (kubu Agung) soal islah, yang berbicara juru rinding saja. Yang lain tidak usah," ucapnya.

Seperti diketahui sebelumnya Bambang mengatakan bahwa dirinya meminta kepada Ical untuk menghentikan upaya perundingan dengan kubu Agung. Bambang mengatakan kubu Agung telah melanggar sejumlah perjanjian yang disepakati bersama saat perundingan awal.

Hal yang dimaksudkan Bambang adalah tidak dicabutnya gugatan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang ditujukan kepada Ical Cs. Padahal menurut Bambang saat perundingan awal dilakukan, kubu Agung berjanji akan mencabut gugatan tersebut.

"Sebaiknya Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie segera membatalkan dan menghentikan kelanjutan perundingan tersebut karena tidak ada gunanya lagi," kata Bambang, Selasa (6/1).

Tantowi Yahya pun ikut berkomentar bahwa upaya islah akan berujung kepada jalan buntu (deadlock) karena beratnya persyaratan yang diajukan kubu Agung, yaitu harus keluar dari Koalisi Merah Putih.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement