Jumat 16 Jan 2015 00:03 WIB

Cornell Ditangkap FBI Usai Sesumbar ke Informan akan Ledakkan Kongres

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Julkifli Marbun
FBI
Foto: Irib
FBI

REPUBLIKA.CO.ID, CINCINNATI -- Biro Investigasi Federal (FBI) menahan seorang pria di Ohio yang diduga berencana menyerang gedung kongres di Washington, Rabu (14/1).

Menurut dokumen Pengadilan Distrik AS di Ohio Christopher Lee Cornell (20 tahun) didakwa dengan percobaan pembunuhan terhadap pegawai pemerintah AS. Di menjadi perhatian FBI setelah menyatakan dukungannya terhadap kelompok ekstremis ISIS di Twitter Agustus lalu.

Agen Khusus FBI di Cincinnati John Barrios mengatakan masyarakat tidak berada dalam bahaya selama penyelidikan berlangsung.

Cornell yang menggunakan nama lain Raheel Mahrus Ubaydah ditahan setelah membeli dua senapan M-15 semi otomatis dan sekitar 600 amunisi di barat daya Ohio dalam operasi penyamaran FBI.

Informan FBI pertama kali berkomunikasi dengan Cornell melalui Twitter pada Agustus. Pembicaraan kemudian dilanjutkan melalui layanan pesan instan lain.

"Kita harus bertemu dan membentuk kelompok kita sendiri yang berafiliasi dengan ISIS di sini dan merencanakan operasi kita sendiri," ujar Cornell melalui pesannya, seperti tertera dalam dokumen pengadilan.

Dikutip dari BBC, Rabu (14/1), Cornell mengatakan kepada informan itu dia tidak diizinkan oleh pemimpin ISIS di luar negeri untuk melakukan serangan. Namun, Cornell mengungkapkan dia ingin melakukan jihad atas kehendaknya sendiri.

Cornell yang memiliki rambut panjang itu akhirnya bertemu muka dengan informan pada Oktober di Cincinnati. Pertemuan kedua terjadi pada November.

Dalam pertemuan kedua, Cornell mengatakan kepada informan dia menganggap anggota kongres sebagai musuh dan dia ingin menyerang Capitol (gedung kongres). Dokumen pengadilan mengatakan Cornell mendiskusikan rencananay agar mereka bisa pergi ke Washington dan melakukan pengintaian mengenai keamanan gedung-gedung pemerintah, termasuk Capitol sebelum menjalankan serangan.

Cornell berencana meledakkan Capitol dengan dua bom pipa, kemudian menembaki hingga tewas pegawai dan pejabat di dalamnya. Dia juga mengatakan memiliki dana untuk membiayai serangan.

Jaksa mengatakan dia mencari tahu cara membuat bom pipa melalui internet. Dia juga mencari tahu cara bepergian ke Washington melalui internet.

Dilansir dari BBC, ayah Cornell mengatakan putranya mungkin memposting pesan kemarahan mengenai jihad dengan kekerasan. Namun, ia yakin putranya tidak mampu melakukan serangan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement