REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Ketua Fraksi Partai Golkar DPR Aceh Amiruddin menyatakan, saat ini Aceh memasuki darurat aqidah sehingga bila tidak di atasi bisa mengancam aqidah masyarakat Aceh yang mayoritas muslim.
"Kami prihatin saat ini Aceh darurat aqidah. Buktinya, banyak kegiatan pendangkalan aqidah marak terjadi di Aceh," ungkap Amiruddin di Banda Aceh, Senin (2/2).
Darurat aqidah karena banyak upaya pihak tertentu ingin mengubah religi masyarakat Aceh yang mayoritas Islam ke agama lain. Karena itu, perlu penanganan serius, membentengi aqidah masyarakat Aceh.
Kondisi ini, lanjut Amiruddin, diperparah lagi ada laporan yang menyebutkan bahwa dari 4.000 -an masjid di Aceh, hanya 10 persen yang melaksanakan shalat berjamaah.
Ditambah lagi, kata politisi Partai Golkar tersebut, hasil survei sosial ekonomi nasional mengungkapkan sebanyak 73,3 persen umat muslim di Aceh belum bisa membaca Alquran.
Kondisi seperti ini semakin menguatkan bahwa Aceh sudah memasuki darurat Aqidah. Apalagi masjid merupakan benteng aqidah. Jika benteng rusak, tentu mudah bagi pihak lain mempengaruhi aqidah masyarakat.
"Dan aqidah ini juga semakin mudah ditembus karena masih banyak rakyat Aceh hidup di bawah garis kemiskinan. Kemiskinan mudah ditembus pendangkalan aqidah, peredaran narkoba, maupun pergaulan bebas," kata Amiruddin.
Karena itu, kata dia, Fraksi Partai Golkar DPR Aceh mengajak pemerintah daerah bersama seluruh elemen membentengi dan melindungi masyarakat dari upaya-upaya pendangkalan aqidah.
"Ini menjadi tanggung jawab kita semua. Jika tidak diantisipasi sejak sekarang, maka darurat aqidah ini akan menjadi persoalan besar serta menjadi pintu kehancuran bagi masyarakat Aceh," kata Amiruddin.