REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak remaja yang merayakan Hari Valentine dengan melakukan seks bebas. Padahal pada mulanya tanggal 14 Februari merupakan perayaan dari dihukum matinya seorang martir yaitu Santo Valentine pada tanggal 14 Februari 270 Masehi untuk mempertahankan keyakinannya.
Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Advianti mengatakan, sebenarnya Hari Valentine ini tidak ada urusannya dengan hubungan seksual. Namun karena ditunggangi oleh konsumerisme remaja didorong untuk merayakan hari kasih sayang dengan membeli coklat dan berhubungan seks dengan memakai kondom.
"Hari Valentine menjadi berbahaya bagi remaja karena ditunggangi oleh konsumerisme yang tak peduli akibat kebebasan seks pada remaja. Orangtua dan sekolah harus memagari anak-anak dari kesesatan perayaan Valentine yang salah kaprah," kata Maria di kantor KPAI, Selasa, (10/2).
Ketika pada Hari Valentine anak-anak menjadi terancam, maka harus dilakukan perlindungan pada anak. Orangtua dan sekolah harus memberi pengertian kepada anak-anaknya tidak perlu merayakan Valentine dengan hubungan seksual.
Sebab selama ini pada Hari Valentine banyak anak merayakannya dengan melepaskan keperawan. "Seolah ini jadi hari bagi mereka untuk berhubungan seksual, dan ini berbahaya."
Dari tahun ke tahun, peristiwa ini selalu berulang. "Kebanyakan korbannya anak-anak sekolah."