REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga mengatakan koperasi sangat potensial menjadi instrumen yang bisa memotong rantai mafia pangan menuju terwujudnya swasembada pangan di Indonesia.
"Dimana-mana ada mafia, bukan hanya migas tapi pupuk juga, beras juga. Ini yang harus kita potong. Jadi mekanisme mafia ini harus kita potong," kata Anak Agung Gede Ngurah (AAGN) Puspayoga di Jakarta, Kamis (12/2), dalam acara diskusi panel Jakarta Food Security Summit (JFSS)-3.
Ia mengatakan rantai mafia harus dipotong supaya kemudian bisa memberikan peran lebih kepada koperasi sehingga petani lebih sejahtera. Menurut dia, melalui koperasi, petani bisa mendapatkan fasilitas pendukung kerjanya tepat waktu misalnya pupuk dan bibit tepat pada waktu musim tanam.
"Dan untuk menunjang swasembada pangan mekanisme pupuk, bibit untuk petani itu kalau bisa tata niaganya pelan-pelan harus kita ubah, tanpa begitu yang namanya swasembada pangan itu akan tersendat-sendat," katanya.
Menteri mengatakan, salah satu jalan terbaik untuk memberikan pemerataan dan kesejahteraan masyarakat adalah melalui koperasi. Alasannya karena riil datanya 99 persen pelaku usaha di Indonesia adalah UKM.
"Jadi harus ada upaya untuk memberikan peran yang lebih kepada koperasi itu," katanya. Ia juga ingin agar ada perubahan paradigma soal koperasi yang bukan hanya dimiliki oleh orang miskin tapi juga bisa berkembang menjadi badan usaha yang besar.
Menurut dia, koperasi kalau diberikan kesempatan untuk dikelola dengan baik maka akan menjadi usaha yang besar. Di Indonesia banyak koperasi yang telah mampu berkembang besar dan bersaing dengan swasta di antaranya selain KSP yakni koperasi susu di Jawa Barat dan koperasi pertanian di sejumlah daerah.
"Jangan anggap enteng koperasi itu, apalagi sudah jelas amanat UUD 1945 bahwa sokoguru perekonomian kita adalah koperasi," katanya.