REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Pekerja BUMN (FSP BUMN) mendesak agar Pertamina tidak memberikan hutang pengisian bahan bakar pesawat kepada maskapai Lion Air.
Desakan tersebut merupakan imbas dari ketidakmampuan Lion Air membayar refund tiket penumpangnya yang terkena delay.
"Dikhawatirkan saat ini keuangan Lion Air sedang sekarat atau bleeding akibat nilai kurs dolar terhadap rupiah yang semakin tinggi," ujar Ketua FSP BUMN, Arief Poyuono, Jumat (20/2).
Terlebih lagi, Lion Air harus membayar kredit pembelian pesawat dengan US Dollar. Sedangkan tiket dijual dengan harga murah dalam rupiah pada satu bulan terakhir.
"Masa-masa ini adalah weak season bagi maskapai jasa penerbangan," ungkap Arief.
Selain itu, keadaan keuangan Lion Air yang bleeding karena tidak sanggup bayar refund tiket penumpang juga sangat membahayakan keselamatan penerbangan. Sebab cost maintenance reserve atau biaya yang dicadangkan untuk perawatan pesawat dikhawatirkan tidak tersedia.
Terkait itu, Arief mendesak Menteri Perhubungan untuk memberhentikan sementara izin Lion Air. Permberhentian izin sementara mesti dilakukan agar konsumen, PT Angkasa Pura II, serta Pertamina tidak turut dirugikan.