REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Keputusan Presiden Joko Widodo yang menunjuk Komjen Badrodin Haiti sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Komjen Budi Gunawan harus dinilai secara cermat oleh masyarakat.
“Bagi aktivis pergerakan, sosok Badrodin tidaklah asing, terutama saat yang bersangkutan menjabat sebagai Direktur I Kantramas Mabes Polri pada 2008. Dimana saat itu terjadi demonstrasi besar-besaran menolak kenaikan BBM (bahan bakar minyak),” cetus Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (HUMANIKA) Sya’roni, dalam rilisnya, Rabu (25/2).
Ia mengingat, saat itu kepolisian bertindak sangat represif dengan menangkapi para aktivis. Puncaknya, Sekjen Komite Indonesia Bangkit Ferry Juliantono ditangkap di Bandara Kuala Lumpur, Malaysia karena dianggap sebagai dalang demo anarkis.
Kantramnas Bareskrim Mabes Polri juga menetapkan Ketua Komite Indonesia Bangkit Rizal Ramli sebagai tersangka.
“Oleh karena itu, jika yang bersangkutan kemudian benar menjadi Kapolri maka tidak
berlebihan jika para aktivis mulai waspada,” jelas Sya’roni.
Ia berharap, kepribadian sang jenderal bintang tiga berubah setelah sekian tahun.