Rabu 25 Feb 2015 19:55 WIB

Kubu Ical Menang, Golkar Diyakini Jadi Oposisi Pragmatis

Rep: C15/ Red: Bayu Hermawan
 Suasana Sidang Mahkamah Partai Golkar yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Mahkamah Partai Golkar Muladi di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (25/2).  (Republika/Agung Supriyanto)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Suasana Sidang Mahkamah Partai Golkar yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim Mahkamah Partai Golkar Muladi di Kantor DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (25/2). (Republika/Agung Supriyanto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Poltracking Institute, Agung Baskoro menilai jika Mahkamah Partai memenangkan kubu Aburizal Bakrie (Ical), maka posisi Golkar dalam pemerintahan saat ini akan fleksibel.

Menurutnya melihat peta politik selama ini, jika MP Golkar memenangkan kubu Ical, maka Golkar akan menjadi oposisi tidak permanen.

Ical dinilai akan lebih cair, gerak politik Ical akan sangat bergantung pada seberapa besar kebijakan tersebut berpengaruh pada kepentingannya.

"Bisa saja ia mendukung Jokowi dalam hal tertentu, tapi bisa juga ia menjadi oposisi, sifatnya pragmatis," ujarnya saat dihubungi Republika, Rabu (25/2).

Namun, posisi Ical yang fleksibel inilah yang tidak akan banyak mempengaruhi kondisi Golkar saat ini. Sebab, menurut catatan Poltracking, Golkar pada tataran bawah banyak yang mengikuti Ical. Kekuatan Ical berada pada kemampuannya memobilisasi masa ditataran bawah.

"Secara de facto, kubu Ical lebih mengakar sampai ke bawah, tidak seperti kubu Agung yang didominasi elit dan 'orang tua'," katanya.

Saat ini, Rabu (25/2) Mahkamah Partai Golkar digelar dalam rangka sidang putusan. Sidang ini akan menentukan siapa yang akan memimpin partai Golkar kedepan. Sidang ini menjadi penting, dikarenakan menentukan afiliasi Golkar antara KMP atau KIH.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement