REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Indria Samego menyatakan perpecahan yang menimpa Golkar jauh lebih rumit dibandingkan yang terjadi pada partai lain. Hal ini karena tak adanya tokoh pemersatu di partai berlambang pohon beringin tersebut.
Indria mencoba membandingkan perpecahan yang di Golkar dengan yang ada di PPP. Dia menyatakan meski juga dirundung konflik dualisme kepengurusan, di sana masih ada figur pemersatu yakni KH Maimun Zubair. Ini, kata dia, menjadi peredam jika terjadi riak riak perpecahan di tubuh partai tersebut.
“Nah kalau bicara Golkar kan tidak. Di sana tidak ada tokoh yang dominan,” ujarnya, Kamis (26/2).
Dia menjelaskan sebagai partai yang sudah memakan asam garam pemerintahan, Golkar menjelma menjadi tempat politisi ulung berkumpul. Hal ini, kata dia, menyebabkan kekuatan diantara para politisi dalam internal partai menjadi seimbang.
Sebelumnya Mahkamah Partai Golkar bersidang sudah tiga kali. Sidang tersebut untuk memutus perkara dualisme partai tersebut. Rencananya, pada sidang ke tiga, pengadil di internal partai itu, akan membacakan putusan. Akan tetapi, rencana itu ditunda.
Penundaan itu terkait dengan hadirnya pihak termohon, yaitu Kepengurusan Golkar Munas Bali. Selama ini, Golkar Munas Bali kerap menolak hadir dalam sidang MP Golkar. Tapi, di sidang ke tiga kali ini, Kepengurusan Golkar Munas Bali hadir. Mereka antara lain, Wakil Ketua Umum Fadel Muhammad, Aziz Syamsuddin, Nurdin Khalid, dan Theo L. Sambuaga, serta Sekjen, Idrus Marham.