REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Nelayan Aceh mengumpulkan uang koin untuk memprotes ucapan PM Australia Tony Abbott yang ketika meminta Indonesia tidak menghukum mati dua warga Negeri Kanguru, mengungkit-ungkit bantuan untuk pemulihan korban tsunami Aceh 2004.
Pengumpulan koin berlangsung Pelabuhan Samudra Lampulo Banda Aceh, Ahad (1/3). Dalam aksi itu, terkumpul ribuan keping koin dari nelayan maupun pedagang ikan di pelabuhan tersebut. Dalam aksinya, nelayan berteriak "cok pulang, cok pulang, cok pulang." Artinya ambil kembali seraya melemparkan koin ke gambar gambar Perdana Menteri Australia Tony Abbott.
Hamdani, seorang nelayan Aceh, menuturkan aksi pengumpulan koin sebagai bentuk kekecewaan nelayan dan masyarakat korban tsunami terhadap pernyataan Pemerintah Australia yang mengungkit-ungkit bantuan mereka terhadap korban tsunami.
"Koin yang terkumpul ini akan kami serahkan ke Australia. Koin ini sebagai bentuk kekecewaan kami kepada Australia yang ternyata tidak ikhlas membantu korban tsunami," kata Hamdani yang dikenal dengan nama Pawang Abang.
Lain halnya dengan Muhammad, nelayan lainnya. Ia meminta Pemerintah Indonesia jangan lagi mau menerima bantuan Austalia karena bantuan itu nanti diungkit-ungkit kembali. "Australia ini seperti anak-anak, meminta kembali apa yang pernah mereka berikan. Mereka tidak ikhlas memberikan sesuatu, termasuk bantuan kemanusiaan korban bencana alam," ungkap Muhammad.
Tsunami Aceh terjadi 26 Desember 2004. Gelombang dahsyat tersebut dipuci gempa 8,9 skala richter. Bencana dahsyat sepanjang masa tersebut menyebabkan ratusan jiwa meninggal dunia dan hampir satu juta masyarakat Aceh mengungsi karena kehilangan tempat tinggal.
Tidak hanya Australia, hampir seluruh negara di dunia turut membantu Aceh yang saat itu porak-poranda. Negara-negara yang membantu Aceh tersebut bisa dilihat di Blang Padang, lapangan yang berada di pusat Kota Banda Aceh.