REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Derasnya arus informasi yang sedemikian bebas sejalan dengan kemajuan teknologi informasi dan telekomunikasi telah memberikan pengaruh pada rasa kebangsaan atau nasionalisme di kalangan generasi muda.
Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Marwan Jafar, mengatakan, kemajuan teknologi informasi yang begitu deras telah membawa kehidupan para generasi muda pada hiruk pikuk dinamika globalisasi. Sehingga, disadari atau tidak mendegradasi mental kepribadian generasi muda sebagai anak bangsa. “Meskipun belum terlibat secara jelas, akan tetapi harus diakui bahwa saat ini telah mulai ada gejala dari menurunnya semangat dan rasa kebangsaan atau nasionalisme di kalangan generasi muda yang ditunjukkan dari semakin berkurangnya pemahaman generasi muda terhadap sejarah dan nilai nilai budaya bangsanya sendiri,” ujarnya dalam acara Mukernas III Gerakan Mahasiswa Badan Eksekutif Mahasiswa Nasional, di UIN Raden Fatah Palembang, Sumatra Selatan, seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (2/3).
Padahal, kata dia, generasi muda perlu memiliki mental kepribadian yang kuat, bersemangat, ulet, pantang menyerah, disiplin, inovatif, dan bekerja keras untuk dapat menjadikan bangsanya menjadi bangsa yang memiliki daya saing tinggi. Dengan demikian, Indonesia dapat sejajar dengan bangsa bangsa lain. Sebab, kata dia, generasi muda adalah komponen bangsa yang paling strategis posisinya dalam memainkan proses transformasi karakter dan tata nilai di tengah-tengah derasnya liberalisasi informasi di era globalisasi. Oleh karena itu, seyogyanya ada upaya antisipasi untuk menyikapi kondisi tersebut.
“Pasalnya, jika generasi terus hanyut dalam arus kebebasan informasi tanpa memikirkan revitalisasi nilai-nilai kebangsaan, bukan tidak mungkin di masa depan bangsa ini akan menjadi bangsa yang berpendirian lemah yang pada akhirnya akan mudah dikendalikan oleh bangsa lain,” ujarnya. Dia menyebutkan, setidaknya ada tiga peran penting yang dimiliki generasi muda dalam pembangunan karakter bangsa. Diantaranya sebagai pembangun-kembali karakter bangsa, pemberdaya karakter dan sebagai perekayasa karakter. Lebih jauh Marwan menguraikan, generasi muda harus mampu membangun kembali karakter bangsa di tengah derasnya arus globalisasi. Terutama ketika erosi karakter positif bangsa dihadapkan pada gejala penguatan mentalitas negatif, seperti malas, koruptif, dan sebagainya. “Generasi muda saat ini juga dituntut untuk mengambil peran sebagai pemberdaya karakter dengan menjadi role model dari pengembangan karakter bangsa yang positif. Tetapi, pengembangan karakter positif bangsa juga menuntut adanya modifikasi dan rekayasa yang tepat disesuaikan dengan perkembangan zaman,” katanya.
Namun, ia menyadari, tugas tersebut tidaklah mungkin dilakukan oleh generasi muda sebegai komponen anak bangsa. Sebab, pengembangan dana pembinaan karakterbangsa adalah menyangkut reformasi kolektif dari segenap komponen bangsa itu sendiri. “Karena sifatnya yang kolektif, maka tentunya hal tersebut tidak mungkin menjadi tugas atau kewajiban dari pihak komponen bangsa. Terutama pemerintah, harus sanggup memberikan fasilitasi yang paling ideal dalam mengakselerasi proses pemahaman kolektif,” katanya.