REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia berkeinginan memperkuat kerja sama dengan Selandia Baru dalam sektor peternakan sapi dan pasokan daging. Pijakan awal kerja sama dilakukan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan berkunjung ke Selandia Baru, Selasa (3/3).
"Indonesia mengakui kapasitas Selandia Baru dalam budidaya ternak, yakni sektor yang ingin dipelajari lebih lagi oleh Indonesia," ujar Menlu Retno, Selasa (3/3).
Di Selandia Baru, Retno mengunjungi peternakan sapi Whenuanui di Helensivlle, Auckland. Pascakunjungan, Retno akan melakukan pertemuan "Joint Ministerial Commission" dengan Menlu Selandia Baru, Murray McCully di Auckland.
Menurut Retno, penguatan kerja sama di sektor ternak sapi akan memungkinkan Indonesia memvariasikan suplai ternak dan daging sapi serta memampukan Indonesia memperoleh sumber-sumber daging yang lebih luas.
Dia mengungkapkan, sebenarnya sudah ada hubungan yang kuat antara Selandia Baru dan Indonesia dalam sektor peternakan sapi. Indonesia memasok 49,7 persen kebutuhan "palm kernel expeller" di Selandia Baru.
"Palm kernel expeller" adalah produk limbah dari produksi minyak sawit yang merupakan sumber penting pakan tambahan untuk ternak, terutama untuk peternakan industri susu.
Sementara di sisi lain, 43 persen ekspor produk susu dari Selandia Baru ditujukan ke Indonesia. Selandia Baru adalah salah satu produsen terbesar sapi perah dan sapi potong secara global, dengan pasokan sekitar 6,7 juta sapi perah dan sekitar 3,7 juta sapi potong pada 2014. Total perdagangan antara Selandia Baru dan Indonesia mencapai sekitar 1,3 miliar dolar AS pada 2014.